Oleh: Bpk. Syamsul Yakin dan Rafiqah Maulidia Syam
Selaku: Doesen Pengampu Dan Siswi Uin Syarif Hidayatullah
Sasaran Dakwah: dari Muslim kepada Mukmin
        Sasaran dakwah selanjutnya (Tujuan Dakwah) adalah umat Islam yang berorientasi menjadi orang yang beriman. Dakwah harus memberikan perubahan positif dari umat Islam atau berserah diri kepada orang yang beriman atau penuh keimanan kepada Allah, malaikat-Nya, rasul-Nya, kitab-kitab-Nya dan sebagainya. Sasaran dakwah selanjutnya adalah umat Islam yang berorientasi menjadi orang yang beriman. Dakwah harus memberikan perubahan positif dari umat Islam atau berserah diri kepada orang yang beriman atau penuh keimanan kepada Allah, malaikat-Nya, rasul-Nya, kitab-kitab-Nya dan sebagainya.
        dakwah tidak hanya menggunakan cara-cara konvensional, berhadapan langsung dengan audiens dakwah, namun bergeser pada pemanfaaatan media digital sebagai instrument keberlangsungan dakwah di era sekarang tidak terlepas apakah itu berlaku untuk diri sendiri, keluarga, ataupun masyarakat dan bangsa. Artikel ini diharapkan memperluas pengetahuan terkhusus pada tema objek atau sasaran dakwah dalam Al-quran: diri sendiri, keluarga, masyarakat dan bangsa.
        Muslim secara Bahasa berasal dari kata Aslama, yang artinya berserah diri. Jadi, Muslim adalah oranngg yang sudah menyatakan diri tunduk dan menyerah kepada allah dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, Secara istilah ( menurut syariat ) Muslim adalah orang yang menganut agama islam, melakukan rukun islam secara lahiriah   (shalat,puasa, zakat,haji), meskipun hatinya belum tentu penuh iman.
        Sedangkan, Mukmin berasal dari kata Aaman, yang artinya percaya/ beriman. Jadi, mukmin adalah Muslim yang tidak hanya mengucap syahadat,tapi juga benar- benar percaya dan yakin di dalam hati,serta konsisten menunjukan keimanan lewat sikap dan perbuatan. Dalam islam, iman bukan Cuma di ucapkan, tetapi juga harus dilakukan dengan:
- Yakin di dalam hati kita benar-benar percaya kepada Allah, malaikat, kitab, nabi, dll, dari dalam hati. Bukan pura-pura. Dan tidak meragukan apa yang telah kita yakini dari mulai ajarannya dan larangan yang ada.
- Diucapkan secara lisan, misalnya dengan mengucapkan syahadat: "La ilaha illallah, Muhammadur Rasulullah".
- Pembuktian dengan amal perbuatan Percaya dan mengucap saja tidak cukup, harus dibuktikan dalam kehidupan nyata. Contohnya: salat, jujur, menolong orang, meninggalkan maksiat.
        Dan Hubungan antara Muslim dan Mukmin itu adalah Orang yang sudah beriman pasti juga menjalani rukun Islam, seperti: salat, puasa, dll. Jadi, dia disebut Muslim juga. Adapun beberapa orang Islam yang hanya "Islam KTP" alias cuma nama doang. Mereka belum tentu benar-benar beriman kuat di hati atau belum mengamalkannya. Jadi, Muslim belum tentu Mukmin. Contohnya: kalau ada orang Islam, tapi tidak pernah salat, suka bohong, malas ibadah, maka dia Muslim, tapi belum tentu Mukmin sejati.
        Maka dari itu di islam memiliki tiga tingkatan bagi umat Islam berdasarkan kualitas iman dan pengamalan ajaran Islam-nya. Secara umum, para ulama menyebut tiga tingkatan utama:
- Muslim Orang yang mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengaku mengikuti Islam. Belum tentu taat atau paham isi ajaran Islam. Dan Mungkin hanya berislam secara identitas atau formalitas.
- Mukmin Seorang muslim yang benar-benar beriman dalam hatinya, mengucapkannya dengan lisannya, dan dibuktikan dengan amal perbuatannya. Seperti: Taat beribadah, jujur, sabar, amanah. Dalilnya juga disebutkan dalam QS. Al-Hujurat: 14 -- "Orang-orang Arab Badui berkata, 'Kami telah beriman.' Katakanlah, 'Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, 'Kami telah menjadi orang Islam,' karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu..."
- Muhsin ( tingkat ihsan ) Tingkatan tertinggi dari seorang hamba, yaitu beribadah seolah-olah melihat Allah, dan kalau tidak bisa, yakin bahwa Allah melihatnya (ihsan). Tidak hanya takut dosa, tapi juga malu jika jauh dari Allah. Maka hidupnya penuh kebaikan, lemah lembut, dan selalu menjaga niat. Dalam Hadis Jibril di jelaskan: "Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan jika engkau tidak mampu melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." (HR. Muslim).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI