Mohon tunggu...
Rafiqah Syam
Rafiqah Syam Mohon Tunggu... Mahasiswi aktif perkuliahan

Bermain Bulu tangkis, mengikuti pramuka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menjadi pribadi takwa melalui ibadah puasa

18 Maret 2025   21:35 Diperbarui: 18 Maret 2025   19:01 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peran Puasa dalam Membentuk Peradaban yang Takwa

Pada pertengahan puasa tahun ini kita bukan hanya menahan lapar dan haus tetapi juga untuk melatih serta meningkatkan ketakwaan setiap individu. Allah SWT menjadikan puasa sebagai sarana untuk mendidik hamba-Nya agar mencapai derajat ketakwaan, sebagaimana dijelaskan dalam qur'an surat Al-baqarah ayat: 183. ''Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagai mana telah diwajibkan pada orang-orang (kaum) sebelum kamu, agar kamu bertaqwa''.

Taqwa dalam konteks puasa di bulan ramadhan adalah dimana kesandaran kita akan adanya Allah SWT dan menjaga diri dari perbuatan yang tidak sesuai dengan ajarannya, Puasa tidak hanya membersihkan tubuh dari racun, tetapi juga menyucikan jiwa dan hati dari berbagai penyakit hati seperti iri, dengki, amarah, dan kesombongan. Dengan berpuasa, seseorang lebih fokus dalam memperbaiki diri, meningkatkan keikhlasan, serta berusaha untuk selalu berbuat baik kepada sesama. Mengacu kembali pada ayat diatas secara tegas bahwa tujuan puasa yang dikehendaki oleh Allah SWT, bukanlah pembentukan takwa secara individual. Tetapi kesadaran sepenuh hati menjalankan perintah Allah SWT dan meninggalkan semua bentuk yang dilarangnya. contohnya dengan kita berpuasa membantu kita untuk lebih mengendalikan nafsu makan dan tidak mudah tergoda oleh makanan. Dengan demikian, kita dapat mengendalikan nafsu makan kita dan menjadi lebih disiplin dalam memilih makanan. Ini juga dapat membantu kita untuk menjaga berat badan kita dan dapat menjaga kesehatan tubuh.

Tetapi, puasa bukan hanya tentang diri kita sendiri, puasa juga tentang bagaimana kita bisa menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat bagi orang lain. contohnya dengan kita berpuasa kita bisa berbagi kehangatan dengan keluarga, teman, tetangga dan orang sekitar kita yang mana dari berpuasa akan membangun hubungan komunikasi yang lebih baik. Bukan hanya itu dengan kita Berbagi di bulan puasa dapat membantu mengurangi kesenjangan sosial, karena kita dapat membantu orang-orang yang membutuhkan dan membuat mereka merasa lebih dihargai. Dengan demikian, sangat jelas bahwa orientasi puasa ini adalah menekan nafsu sehingga kemudian seseorang bisa mencapai derajat ketakwaan yang tinggi. Melalui puasa, seseorang dapat belajar mengendalikan keinginan-keinginan yang buruk, melatih kesabaran, dan meningkatkan kesadaran diri sehingga menjadi lebih mudah untuk menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi semua larangan-Nya. Jadi dalam ibadah puasa yang diandalkan adalah kejujuran, keikhlasan dan ketulusan. Karena bila sifat-sifat tersebut tak lagi dimiliki, ibadah puasa amat mudah dimanipulasi karena berbagai pelanggaran puasa sama sekali tidak ada yang mengetahuinya, kecuali dirinya dan Allah. Dalam konteks inilah akhirnya orang memposisikan diri sendiri berdasarkan kadar ketaqwaan masing-masing di hadapan Allah sehingga dalam pandangan Allah mereka menjadi benar-benar berbeda.


Dalam konteks ini, orang yang berpuasa harus memiliki kejujuran, keikhlasan, dan ketulusan dalam menjalankan ibadahnya. Ini berarti bahwa mereka harus benar-benar memiliki niat yang tulus untuk berpuasa, bukan hanya karena ingin memuaskan keinginan atau mencari pujian dari orang lain. Kejujuran, keikhlasan, dan ketulusan ini sangat penting karena Allah SWT adalah Yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat. Allah SWT tahu apa yang ada di dalam hati kita, dan Dia tahu apakah kita benar-benar menjalankan ibadah puasa dengan tulus dan ikhlas. Jika kita tidak memiliki kejujuran, keikhlasan, dan ketulusan dalam menjalankan ibadah puasa, maka kita akan mudah tergoda untuk melakukan pelanggaran-pelanggaran yang dapat membatalkan puasa kita. Dan karena Allah SWT adalah Yang Maha Mengetahui, maka Dia akan mengetahui apa yang kita lakukan, bahkan jika tidak ada orang lain yang mengetahuinya.

Dalam pandangan Allah SWT, orang yang berpuasa dengan kejujuran, keikhlasan, dan ketulusan akan dianggap sebagai orang yang benar-benar berbeda. Mereka akan dianggap sebagai orang yang memiliki kadar ketaqwaan yang tinggi, dan mereka akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT.

Sebaliknya, orang yang tidak memiliki kejujuran, keikhlasan, dan ketulusan dalam menjalankan ibadah puasa akan dianggap sebagai orang yang tidak benar-benar berpuasa. Mereka tidak akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT, dan mereka bahkan mungkin akan mendapatkan hukuman dari Allah SWT.

Jadi, dalam menjalankan ibadah puasa, kita harus benar-benar memiliki kejujuran, keikhlasan, dan ketulusan. Kita harus memiliki niat yang tulus untuk berpuasa, dan kita harus menjalankan ibadah puasa dengan benar-benar. Dengan demikian, kita akan dapat mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT, dan kita akan dapat meningkatkan kadar ketaqwaan kita di hadapan Allah SWT, yang mana Rasulullah SAW bersabda''Barang siapa yang berpuasa di bulan ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka di ampuni dosanya yang telah lalu''. (HR. Al-bukhari no. 38 dan muslim no. 760).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun