Mohon tunggu...
Rafinita Aditia
Rafinita Aditia Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi program Komunikasi dan Penyiaran Islam

Penapak Jenjang s1 yang masih belajar.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Mengemis, Tradisi Malas yang Tak Kunjung Habis

14 Mei 2019   20:09 Diperbarui: 14 Mei 2019   20:20 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ramadan merupakan momentum yang tepat untuk memperbanyak pahala. Baik dengan hal sederhana seperti berbagi takjil berbuka, hingga hal luar biasa lainnya.

Ramadan juga merupakan bulan yang penuh berkah. Biasanya di bulan Ramadan, semakin banyak peluang usaha yang terbuka. Mulai dari berjualan jajanan pasar sederhana, berjualan kue untuk hari raya, berjualan toples kaca, sopir travel dan angkutan kota, serta usaha lainnya.

Namun ada pula salah satu usaha yang semakin marak di bulan Ramadan, yang disalah gunakan oleh beberapa pihak. Yapp tentu saja, mengemis. Mengemis atau meminta-minta dalam bahasa Arab disebut dengan "tasawwul". Di dalam Al- Mu'jam Al-Wasith disebutkan, "Tasawwala (bentuk fi'il madhy dari tasawwul) artinya meminta-minta atau meminta pemberian."

Mengemis pada dasarnya tidak disyari'atkan di dalam Islam. Bahkan ketika seseorang mengemis dengan cara berdusta, atau mengada ada atas kondisinya, hanya demi mendapat rasa iba, maka seseorang tersebut telah melakukan dosa besar. Ia tak bisa mensyukuri nikmat yang Allah berikan, terlalu malas untuk mencari rezeki Allah.

Miris sekali memang melihat keadaan masyarakat di zaman sekarang. Hanya memikirkan hal instan, yang penting mendapatkan rezeki. Tanpa berpikir panjang lagi, apakah rezeki ini halal atau tidak. Bahkan hampir di setiap persimpangan yang ada di kota, selalu saja ada para pengemis ini. Banyak modus yang mereka lakukan untuk menggerakkan hati para manusia baik. Ada yang berpura pura cacat, ada yang membawa anak kecil, dan ada pula yang memanfaatkan fisik rentanya. Semua dilakukan hanya untuk memperoleh uang yang banyak, tanpa perlu bekerja keras. Pengemis-pengemis itu hanya perlu duduk dan mengadahkan tangan, barharap lalu lalang di tengah kepadatan, akan mengisi mangkuknya walau hanya dengan uang recehan.

Jadi ada baiknya ketika ingin bersedekah, kita harus memilih terlebih dahulu target kita. Jangan sampai kita malah salah memberi sedekah kepada pengemis. Bukan berarti kita pelit. Kita harus membiasakan para pengemis ini agar tidak lagi berpangku tangan. Agar para pengemis ini sadar, dan meninggalkan pekerjaan mengemis yang sudah menjadi tradisi. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:

"Bersedekah kepada orang miskin adalah satu sedekah, dan kepada kerabat ada dua (kebaikan); sedekah dan silaturrahim." (HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasa'i, Ibnu Majah dan Hakim, Shahihul Jami' no. 3858)

Dari hadits tersebut jelas bahwa alangkah lebih baiknya kita bersedekah kepada kerabat kita. Karena ketika kita bersedekah dengan kerabat, maka kita akan mendapat dua pahala, yaitu sedekah dan silaturrahim. Kita tetap boleh bersedekah kepada para pengemis yang merupakan orang miskin, namun bukankah melakukan hal yang lebih baik akan memberikan pahala yang lebih banyak ?

Lagi pula, di zaman sekarang banyak ditemukan pengemis yang sebenarnya merupakan orang berada. Mereka hanya malas untuk bekerja, sehingga lebih memilih untuk meminta. Seperti yang tergambar dalam video ini :

Nah semoga pikiran kita menjadi lebih terbuka, tentang kemana seharusnya kita menyedekahkan harta. Mengemis bukanlah pilihan ketika kita sedang tak punya apa apa. Bekerjalah saja, bukankah Allah telah menyebarkan rezeki di darat dan di laut ? Maka carilah. Dan Allah akan selalu memberi kemudahan di setiap kesusahan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun