Mohon tunggu...
Radityo Ardi
Radityo Ardi Mohon Tunggu... Lainnya - Cuma manusia biasa, banyak salahnya. Gimana donk?

Lewat 7 tahun lebih tinggal di Singapura. Banyak pelajaran, masih banyak juga yang harus dipelajari dari negeri yang disebut titik merah di peta oleh Habibie. Blog lainnya di https://mas-rdz.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Inilah Fakta Menarik tentang Bangsa Tionghoa di Singapura

29 April 2020   16:36 Diperbarui: 29 April 2020   16:44 3212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pixabay.com

Banyak dari kita hanya sekadar pasang cara berpikir stereotip tentang bangsa Tionghoa, baik di negara kita, Singapura, Malaysia dan di berbagai belahan bumi lainnya. Bangsa Tionghoa adalah bangsa spesifik ras Chinese yang tidak berkewarganegaraan Tiongkok, dan tersebar di belahan bumi mana saja.

Menurut orang Singapura, orang Tionghoa Indonesia aneh karena tidak bisa berbahasa Mandarin

Pengakuan ini aku dengar berulang kali di Singapura, dimana aku berbicara dan bercerita dengan beberapa orang. Menurut kebanyakan orang Tionghoa Singapura, orang Tionghoa Indonesia aneh. Aneh bukan dalam konotasi negatif, tetapi lebih ke punya keunikan sendiri.

Aku tanya kembali, "Why?" (kenapa?), lalu mereka bilang "They are Chinese, but they can't even speak Mandarin. Especially those from Java island." (Mereka ini kan orang Tionghoa, tapi mereka bahkan tidak bisa berbahasa Mandarin. Terutama yang berasal dari pulau Jawa). Lalu sambil tersenyum aku jelaskan bahwa itu bukan karena mereka hilang adat dan budayanya. Ketika masa pemerintahan dahulu, orang Tionghoa Indonesia akan sulit mendapatkan pekerjaan, berniaga, ataupun bersosialisasi jika tetap berkutat dengan adat dan budayanya. Eh, ini fakta pahit yang harus kita terima lho!

Bahkan aku bercerita juga tentang kawan Tionghoa Indonesia yang berasal dari Sumatera tepatnya di Riau. Pada umumnya orang Tionghoa memilih nama Jawa untuk istilahnya nama Indonesianya. Namun ada juga kawanku yang orang tuanya memilih nama Islam meski dia sendiri beragama Buddha, karena orang Riau umumnya erat dengan budaya Islam. Pada intinya memudahkan untuk anaknya masuk ke sekolah negeri di Riau.

Orang Singapura heran, kenapa orang Tionghoa Indonesia tidak ada nama marga?

Ya aku jelaskan lagi tho, sebagian besar orang Tionghoa Indonesia ada marganya. Sebagian kecil, tidak ada atau tidak jelas. Pada umumnya, kawan-kawan jika ditanya juga lebih memilih menghindar. Jika kalian ada teman Tionghoa, kalian bisa tebak nama marganya atau kurang lebihnya. Misalnya (hanya contoh saja, maaf jika memang benar ada yang punya nama ini) Hendri Tanoto (Tan), Hendri Tanuwidjaya (Tan), Hetty Liana (Li), dan lain-lainnya. Aku jelaskan begitu, orang Singapura manggut-manggut dan senang karena mereka masih melestarikan marganya.

Orang Tionghoa Singapura, umumnya tidak senang disamakan dengan orang Tiongkok

Aku kurang paham apakah ini stigma negatif atau positif. Mohon maaf ya kalau dianggap negatif, tetapi mudah-mudahan info ini bermanfaat. Kalau menurut kita orang Tionghoa dan orang Tiongkok dimana saja semuanya sama. Tetapi tidak buat orang Tionghoa Singapura, mereka tidak suka jika disamakan dengan orang Tiongkok (China daratan).

Orang Tionghoa Singapura ya merasa sebagai orang Singapura, bukan orang Tiongkok (Warga Negara Tiongkok). Ada banyak alasan kuat sebenarnya dan masing-masing punya porsi sendiri-sendiri di dalam kehidupan masing-masing orang Singapura. Contohnya:

  • Merasa orang Tiongkok overproud (bangga berlebihan) kalau Singapura itu punya akar budaya dari Tiongkok, dan Singapura adalah "adik kecil" Tiongkok. Perlu dicatat bahwa umumnya orang Tionghoa Singapura ini nasionalis, sama halnya kita yang bangga dengan negara kita dan dasar negara kita sendiri.
  • Merasa tidak nyaman karena orang Tiongkok berbicara keras-keras dimanapun.
  • Orang Tionghoa Singapura budayanya sangat berbeda jauh dengan yang ada di Tiongkok, contohnya budaya peranakan.
  • Logat berbeda. Ini yang aku juga baru tahu, logat bahasa Mandarin mereka dengan orang Tiongkok sangat berbeda! Tetapi logat mereka sama seperti bahasa Mandarin kebanyakan orang Indonesia, Malaysia, dan Taiwan. Aku kurang tahu mengapa logat juga menjadi salah satu pertimbangan mereka merasa berbeda. Mungkin sama seperti orang Jawa Tengah yang nggak mau disamakan dengan orang Banyumas dan lain-lain.

Orang Tionghoa Singapura selalu Penasaran

Mungkin juga karena tipikal pendidikan ala Barat, umumnya orang Singapura tidak sungkan bertanya-tanya tentang segala hal, termasuk pertanyaan-pertanyaan aneh diatas, bahkan untuk urusan agama sekalipun. Jangan dianggap mereka kepo atau sok ngurusin orang, tapi karena cara berpikir (mindset) mereka diajarkan untuk berpikiran terbuka (open-minded), bertanya dengan sopan jika ingin tahu, untuk menambah wawasan mereka. Supaya nanti dikemudian hari mampu berinteraksi dengan orang berbeda. Bahkan ada orang yang secara terbuka berbicara bahwa mereka senang bertanya-tanya dan berbincang dengan lawan bicara yang berbeda budaya.

Kita sebagai orang yang ditanya, ya jawab saja sejujurnya. Mereka tidak akan menghakimi apapun perbedaan pendapat kita, kok.

Tidak Semua Beragama Buddha

Salah jika kita semua beranggapan orang Tionghoa Singapura beragama Buddha. Tentu bisa kita tebak, selain Buddha, ada juga yang Kristen dan Katholik seperti di Indonesia, banyak juga orang Tionghoa Singapura Muslim, ada juga yang bahkan beragama Hindu, dan ada juga yang lebih memilih abstain (bahasa di sini lebih disebut free-thinker atau berpemikiran bebas). Salah satu "mantan" tetanggaku orang Tionghoa Muslim, dia besar di lingkungan orang Melayu hingga curi-curi waktu ngikut pengajian.

Pernah juga di acara televisi featuring orang Tionghoa yatim piatu yang dibesarkan oleh keluarga keturunan India. Jadinya fasih berbahasa Tamil dan beragama Hindu. Kemudian tentang free-thinker di sini bisa jadi dia agnostik (percaya adanya Tuhan tapi tidak memeluk agama), maupun atheis (sama sekali tidak percaya). Meskipun begitu, mereka semua akur sebagai sebuah bangsa.

Bersatu ketika Tahun Baru Imlek

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun