Mohon tunggu...
Radityo Ardi
Radityo Ardi Mohon Tunggu... Lainnya - Cuma manusia biasa, banyak salahnya. Gimana donk?

Lewat 7 tahun lebih tinggal di Singapura. Banyak pelajaran, masih banyak juga yang harus dipelajari dari negeri yang disebut titik merah di peta oleh Habibie. Blog lainnya di https://mas-rdz.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Prediksi Puncak Pandemi COVID-19 Indonesia Pertengahan April Bakal Meleset

7 April 2020   11:46 Diperbarui: 7 April 2020   12:16 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kasus per hari ini 7 April 2020

Akhir-akhir ini banyak berita di media Indonesia yang menyatakan tentang puncak pandemi COVID-19 di bulan April, bahkan "dibumbui" dengan pendapat para pakar dan kalangan akademis. Saya - bukan pakar virologi dan model matematis - tidak begitu mudahnya percaya pendapat bahwa puncak pandemi COVID-19 di Indonesia bakal terjadi di pertengahan bulan ini, April 2020.

Pertama, kita perlu lihat fakta bahwa sebagian besar gejala dari penularan virus ini berada dalam kategori ringan (mild). Dan masa inkubasi virus yang dinamai WHO sebagai SARS-nCov-2 ini adalah 14 hari dan ini cukup panjang untuk virus tersebut bisa ditularkan ke orang lain tanpa gejala apapun. 

Satu contoh misalkan tanpa kalian sadari, virus tersebut menempel di tangan dan kalian lupa cuci tangan meskipun sudah pakai masker. Kalian kemudian pulang ke rumah lalu lepas masker, virus menempel di telinga atau pipi dan akhirnya masuk melalui saluran pernafasan. Hari itu juga, kalian tidak serta merta langsung flu, tenggorokan kering, batuk, atau yang lebih parah adalah demam dan susah nafas.

Sebagai reaksi normal, tubuh kita akan mencari tahu jenis gen dari virus tersebut apakah "sudah pernah mengunjungi" tubuh kita sebelumnya atau tidak. Kalau tidak, tubuh akan butuh waktu untuk menciptakan antibodi untuk virus tersebut dan ini proses normal di dalam tubuh kita. 

Jika jumlah virus terlalu banyak untuk ditangani, maka virus ini mampu menduplikasi diri di dalam tubuh kita dan masuk ke area tenggorokan, hingga akhirnya menuju ke paru-paru. Tidak ada reaksi tubuh di awal-awal kalian terinfeksi, dan kalian berpotensi menyebarkan virus ini ketika kalian berinteraksi dengan orang lain dan merasa masih sehat-sehat saja. Reaksi umum berikutnya biasanya akan diawali dengan batuk kering ringan dalam seminggu pertama, hingga pada tahap infeksi paling parah adalah memarnya bagian kecil di paru-paru yang dinamakan alveoli. 


Jika alveoli memar/memerah, reaksi normal sel adalah mengeluarkan cairan hingga menutup sebagian paru-paru. Ini yang menyebabkan sebagian orang merasa nafasnya berat atau mudah capek / pegal-pegal. Dan masa sejak kalian terinfeksi virus ini pertama kali hingga ke tahap hingga tubuh berada di persimpangan jalan antara harus dirawat di rumah sakit atau benar-benar sembuh dengan sendirinya, adalah 14 hari.

Dan sebaliknya jika virus "sudah pernah mengunjungi" tubuh kita dan tubuh kita punya antibodi untuk melawan, menurut studi akan butuh waktu lebih cepat secepat 24 jam untuk tubuh kita melawan kembali virus tersebut. Alasannya ya tubuh kita sudah punya "rekaman data" tentang virus yang menyebabkan penyakit COVID-19 ini. Itu sebabnya di China meskipun belum teruji secara klinis, pasien-pasien yang sudah pernah sembuh diminta untuk melakukan donor darah untuk diambil plasmanya. Plasma tersebut menurut ahli mengandung antibodi virus COVID-19.

Kedua, faktor budaya. Virus penyebab COVID-19 ini sejarahnya muncul sejak bulan Oktober 2019, yang beberapa waktu lalu - jika kalian mengamati berita internasional di luar negeri - ramai berita tentang siapakah pasien nol (0). Tetapi, sejak Oktober 2019 hingga awal Januari 2020 selama 3 bulan lebih sama sekali tidak ada berita besar mengenai virus ini. 

Hingga polisi China menganggap bahwa ini berita bohong dan penyebarnya patut dihukum karena hoax. Masih ingat Dr. Li Wenliang (almarhum) yang berusaha memperingatkan publik tentang munculnya virus ini? Dr. Li memperingatkan tentang adanya virus ini yang bisa menyebar dengan mudahnya, hingga biro keamanan publik China mendatangi Dr. Li dan meminta dia tidak menyebarkan informasi palsu hingga akhirnya menandatangani surat pernyataan.

Dr. Li Wenliang (By Source, Fair use, https://en.wikipedia.org/w/index.php?curid=63046734)
Dr. Li Wenliang (By Source, Fair use, https://en.wikipedia.org/w/index.php?curid=63046734)
Tetapi, kenapa Januari 2020 hingga Februari virusnya langsung "meledak" di seantero China? Jawabannya adalah budaya, dimana China merayakan tahun China dan banyak orang pulang kampung kemudian tanpa disadari menyebarkan ke keluarga dekatnya atau saudaranya. Masa inkubasi 14 hari ditambah dengan adat pulang kampung ketika tahun baru ini cukup ampuh untuk membuat jutaan penduduk China terpapar virus ini.

Mudik (image: wikimedia)
Mudik (image: wikimedia)
Indonesia akan menghadapi hari raya Lebaran dan biasanya jutaan orang Indonesia akan mudik untuk pulang kampung. Jika melihat grafik perkembangan hari ini dan mengingat kedua faktor diatas, sepertinya prediksi para akademisi sudah pasti akan meleset. 

Jika pemerintah Indonesia tidak melakukan tindakan drastis membatasi gerak masyarakatnya, menurut prediksi saya puncak pandemi COVID-19 ini akan tercapai di bulan Juli! Dan pandemi ini akan berakhir berangsur-angsur hingga Desember akhir tahun ini. Ini yang akan terjadi di Indonesia ke depannya.

  • Per hari ini, 218 kasus baru bertambah. Beberapa hari terakhir, jumlah kasus baru secara eksponensial terus naik. Di bulan Mei bisa mencapai 300 hingga 400 kasus baru, dan puncaknya mencapai 600 kasus baru.
  • Total kasus bisa mencapai 10.000 di akhir April dan melonjak hingga 40,000 di bulan Juni/Juli.
  • Super-spreader event (kejadian yang membantu percepatan penyebaran virus) bukanlah kegiatan keagamaan seperti tabligh akbar di Malaysia ataupun di Gowa, tetapi mudik!

Kasus per hari ini 7 April 2020
Kasus per hari ini 7 April 2020

Itulah mengapa Social Distancing perlu dilakukan! Bukan hanya pada saat antri saja, bukan pada saat bekerja, atau naik bus ke tempat lainnya, tetapi dalam kehidupan sehari-hari. Tips-tips dari saya untuk menghindari terpapar virus ini:

  • Pertemuan sosial, ketemu temen di mall, nongkrong, arisan, pertemuan warga, bahkan sekadar ngobrol dengan teman harus dikurangi.
  • Nggak usah mudik tahun ini, toh lebaran selalu ada tiap tahun. Ganti mudik dengan video call.
  • Sebanyak mungkin tinggal di rumah (bukan rebahan).
  • Untuk yang Muslim, sementara ini nggak usah sholat berjamaah atau sholat Jumat. Di Singapura dan berbagai belahan bumi lainnya, sudah melahirkan fatwa boleh meninggalkan sholat Jumat dan menggantinya dengan Zuhur, dengan catatan tetap membaca atau memperhatikan khutbah Jumat. Di Singapura, jamaah bisa men-download khutbah Jumat di websitenya di alamat https://www.muis.gov.sg/officeofthemufti/Khutbah dan di Atlanta ada streaming sholat Jumat berjamaah yang bisa diikuti siapa saja di seluruh dunia di alamat https://www.atlantamasjid.com/jumah-live.
  • Jika harus keluar, siapkan masker, baju lengan panjang dan celana/rok panjang. Ketika pulang sampai di rumah, lakukan hal ini secara berurutan: lepas masker tanpa sentuh bagian depan, buang masker (jika sekali pakai), lepas baju & celana/rok, lalu cuci tangan hingga siku & cuci muka dengan sabun selama 20 detik (lebih bagus lagi kalau mandi), cuci semua pakaian yang dibawa ketika keluar (termasuk jika bawa tas atau topi). Buat yang paranoid, kalian nggak perlu pake hazmat kalau keluar.
  • Selalu cuci sayuran atau buah yang dibeli dari pasar. Saya kurang tahu jika di Indonesia ada sabun khusus untuk buah dan sayuran, tetapi di luar negeri ada banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun