Raditya Agusty, 1312200165, Kelompok 9
E-mail: Loheh296@gmail.com
Pada bulan ini Indonesia menginjak umur ke 77 Tahun, dimana pada bulan ini kita merayakan kemerdekaan atas penjajahan Belanda, dan tentu pada usia seperti inilah merupakan hal yang berat bagi sebuah negara yang memiliki keberagaman suku, ras, dan agama untuk mempertahankan negara itu sendiri.
Kemerdekaan tentu tidak bisa kita raih  tanpa ada perjuangan yang luar biasa dari seluruh komponen masyarakat di Indonesia dari Sabang sampai Merauke.
Kemerdekaan juga tidak lepas dari gigihnya para pemuda di Indonesia yang ingin mempercepat kemerdekaan dengan cara mendesak Soekarno Hatta untuk mendeklarasikan Indonesia untuk Merdeka.
Mungkin kita lupa dengan peran salah satu pahlawan dari timur ini, yaitu Frans Kasiepo yang berjuang memasukkan Papua kedalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tidak dilupakan jasa dari pahlawan di Jawa yaitu Pangeran Diponegoro dengan bergerilya mempersatukan rakyat Jawa, serta para Pemuda di Surabaya dan santri di Jawa Timur yang mempertahankan kemerdekaan dari penjajahan Belanda.
Sehingga apa yang mereka (para Pahlawan) perjuangkan dan pertahankan semua dahulu dapat kita rasakan sekarang, Bangsa dengan segenap kebebasan, fasilitas Pendidikan yang memadai, serta impian anak-anak kita juga perjuangan segenap komponen masyarakat untuk mewujudkan.
Namun tidak semua oknum yang sepenuhnya tulus mengabdi untuk negeri, ada beberapa oknum yang tidak sepenuhnya tulus mengabdi untuk kebaikan negeri, semisal masih adanya praktek korupsi, penyuapan, praktek yang tak seharusnya di Lembaga-lembaga negara.
Maka kita seharusnya di masa yang akan datang berharap praktek-praktek seperti itu bisa diminimalisir seiring waktu dan kemajuan tekhnologi dimana orang bisa saja memberikan kesaksian berupa gambar dan narasi.
Namun yang paling menyedihkan dari praktek-praktek yang telah di sebutkan di atas adalah adanya ancaman disintegrasi dari dalam masyarakat sendiri berupa intoleransi.