Mohon tunggu...
Himawan Pradipta
Himawan Pradipta Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Copywriter

Teknisi bahasa di perusahaan konsultasi teknologi di Jakarta Barat. Suka membaca, nonton film, dan berenang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Aksen British

24 November 2015   12:30 Diperbarui: 24 November 2015   13:58 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah anak-anak SMA ini juga berpikir demikian?

Ketika peserta yang berbicara dengan aksen British berada di panggung, saya pun penasaran bagaimana reaksi audiens. Beberapa tampak nyengir-nyengir mesem, entah karena kagum atau menahan ketawa karena aksen yang terdengar dipaksakan. Beberapa yang lain mengunci bibir rapat-rapat--bisa jadi karena tak mengerti sama sekali karena terlalu banyak "bunyi sentakan" di sana-sini yang mengganggu telinga.

Di acara lain, saya pernah mendengar Ibu Melani Budianta memberikan presentasi di UNPAD terkait Asosiasi Sastra Inggris se-Indonesia, dan di sejumlah poin beliau beralih dari Bahasa Indonesia ke ke Bahasa Inggris dengan aksen medhok Malangnya yang khas, bahkan sempat dicampur dengan bahasa Jawa. Walhasil? Penonton bukannya bingung karena tidak mengerti atau justru diam saja karena pengucapan beliau yang mengganggu, melainkan mereka tertawa kecil saat mendengar bahasa campur aduk khas Ibu Melani. Mereka terhibur.

Lalu, apakah omongan Ibu Melani "tidak ada apa-apanya" karena menggunakan aksen yang bukan British? Grammar beliau benar kok, penggunaan tenses-nya juga tepat guna. Aksen bicaranya saja yang, kalau boleh dibilang, "Indonesia" atau "Malang banget!"

Pada akhirnya, ini bukan lagi tentang aksen mana yang lebih gurih, terdengar lebih intelektual, atau lebih punya gengsi dibandingkan aksen yang lainnya. Ini tentang menghidupkan kembali kebudayaan, melawan lupa, dan menghindar dari "serangan-serangan berbahaya" dari luar.

Tak dipungkiri lagi penggunaan Bahasa Inggris begitu membenalu. Tak hanya orang tua, anak-anak kecil pun sudah luwes lidahnya untuk mengucapkan kata-kata yang paling sulit sekalipun dalam Bahasa Inggris. Kalau katanya Indonesia itu punya banyak daerah dari Sumatera hingga Papua, maka apakah salah untuk terus menghidupkan budayanya dengan mempertahankan penggunaan bahasa daerahnya? Untuk terus membagikan konsep negara yang terbayang dalam setiap benak kita?

Demikian pidato saya.

Terima kasih.

 

Rujukan

Mental Floss. When Did Americans Lose Their British Accents? http://mentalfloss.com/article/29761/when-did-americans-lose-their-british-accents diakses 24 November 2015, 12:16

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun