Mohon tunggu...
H.  Rackhmad Kristianto Adi
H. Rackhmad Kristianto Adi Mohon Tunggu... Kurikulum

Saya Guru Fisika di SMA Sedes Sapientiae Jambu, sekolah swasta Katolik berasrama yang berfokus pada pembentukan karakter dan pendidikan holistik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memilih Tuhan Bukan Mamon

21 September 2025   22:35 Diperbarui: 21 September 2025   22:28 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pelayanan di Gereja Kristus Raja Semesta Alam Tegalrejo Salatiga. Dok. Pribadi

"Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."
--- Matius 6:24
 

Pagi ini, Minggu, 21 September 2025  pukul delapan tepat, lonceng Gereja Kristus Raja Semesta Alam di Tegalrejo berdentang. Suara dentang itu terdengar jernih, mengalun ke segala penjuru, seakan menjadi undangan lembut bagi umat untuk datang dan berhimpun. Udara pagi masih sejuk, sinar matahari menerobos masuk melalui kaca jendela, memberi cahaya hangat yang menenangkan. Hari itu bukan sekadar Minggu biasa, melainkan awal novena pertama menyambut ulang tahun paroki.

Ada yang berbeda pagi itu. Ekstrakurikuler paduan suara dan orkestra SMA Sedes Sapientiae Jambu Berasrama mendapat kesempatan melayani. Bagi anak-anak muda ini, tampil di hadapan umat bukan soal panggung kebanggaan, melainkan sebuah persembahan. Latihan panjang, jam-jam persiapan, bahkan rasa lelah, semuanya mereka bawa ke altar sebagai wujud syukur. Musik, bagi mereka, menjadi doa yang mengalun.

Suara yang Menyatu Menjadi Doa

Begitu lagu pembuka dilantunkan, suasana berubah. Nada demi nada mengalir, sopran, alto, tenor, dan bas berpadu. Orkestra dengan biola, flute, dan denting piano mengiringi lembut, menambah kedalaman suasana doa. Gereja yang semula riuh pelan dengan sapaan antarumat mendadak hening, larut dalam harmoni.

Bagi anak-anak muda itu, talenta yang mereka miliki bukan sekadar bakat yang dipamerkan. Mereka belajar bahwa talenta adalah anugerah yang seharusnya dipersembahkan kembali kepada Sang Pemberi. Setiap suara menjadi doa, setiap gesekan senar biola menjadi persembahan, setiap denting piano menjadi syukur.

Harmoni musik itu bukan hanya indah, tetapi juga menghadirkan pengalaman iman. Umat merasakan bahwa musik bisa menjadi jembatan antara hati manusia dengan Tuhan.

Romo yang Turun dan Bertanya

Misa pagi itu dipimpin oleh Romo Adrianus Sulistyono, MSF, seorang imam yang dikenal ceria dan humoris. Romo tidak hanya berbicara dari balik altar, tetapi benar-benar hadir di tengah umat. Saat homili dimulai, beliau turun dari altar, berjalan ke lorong tengah, dan dengan senyum lebar bertanya, "Menurut panjenengan, mamon itu apa?"

Pertanyaan itu sempat membuat umat terdiam sejenak. Lalu jawaban mulai bermunculan: ada yang berkata "uang," ada yang menjawab "harta," ada pula yang menambahkan "hal duniawi." Bahkan ada yang dengan spontan menyebut "iblis." Jawaban-jawaban itu memancing tawa segar, tetapi sekaligus menyadarkan bahwa mamon memang segala sesuatu yang bisa menjauhkan manusia dari Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun