Mohon tunggu...
Rachmawan Deddy
Rachmawan Deddy Mohon Tunggu... Jurnalis - Profesional

Sarjana Pertanian yang berladang kata-kata. Penulis buku Jejak PKI di Tanah Jambi dan Jejak Sejarah Lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masjid Dijual Rp 1 Juta per Meter (Plus FOTO)

8 Juli 2011   01:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:51 2585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1310095505799887899

Lokasi masjid di tepi jalan utama itu sangat strategis.  Bisa Anda jadikan kos-kosan, karena banyak mahasiswa pendatang di kampus di Kota Malang, atau bisa pula disulap sebagai tempat usaha kuliner. [caption id="attachment_118655" align="alignleft" width="1088" caption="ini dia masjid yang "][/caption] ** Siapa berani menjual masjid? Menjual rumah ibadah umat muslim? Inilah yang terjadi di Batu, Malang, Jawa Timur.  Perjalanan  saya dari Mojokerto-Malang, mendapati itu. Lokasi masjid di tepi jalan utama itu sangat strategis.  Bisa Anda jadikan kos-kosan, karena banyak mahasiswa pendatang di kampus di Kota Malang, atau bisa pula disulap sebagai tempat usaha kuliner.  Bila tak hendak, bisa pula dijadikan rumah tinggal yang ideal. Sejumlah baliho besar dengan warna latar hitam yang mengumumkan sebuah masjid dijual, dipajang di tepi ruas jalan utama Batu-Malang, beberapa kilometer dari kampus Universitas Muhammadiyah Malang.  Sayang, saya yang menumpang travel luput mengabadikannya dengan kamera poket yang saya simpan di saku celana. Yang saya ingat, baliho itu ditulisi dengan huruf capital berikuran besar,  “DIJUAL MASJID RP 1 JUTA PER METER…” di bawahnya, ada sejumlah nomor telepon yang  bisa dihubungi. Tapi saya yakin, pengumuman itu tak benar-benar berarti harfiah sebagaimana bunyinya, bahwa masjid itu ditawarkan, dijual. Entah itu karena sepinya jemaah, atau karena tak ada dana untuk membangunnya. Masjid yang berada di jalan lintas Batu-Malang itu kini dalam tahap pembangunan. Itulah yang membuat saya yakin, bahwa baliho yang mencolok mata itu hanya bentuk kreatifitas panitia pembangunannya untuk menarik para penderma menyumbangkan hartanya. Bukankah arek-arek Ngalam dikenal kreatif. Satu buktinya, bahasanya yang dibolak-balik yang menjadi ciri khas kera-kera Ngalam. Moga saja, kompasianer yang membaca tulisan ini dan mengetahui kesahihan dugaan saya itu bisa berbagi di sini. Masjid dan penghimpunan dana Panitia pembangunan masjid atau sejenis, semisal pengelola yayasan social, sepertinya harus pandai-pandai untuk menghimpun dana. Dulu mungkin kita kerap mendapati, banyak di ruas jalan, orang-orang yang kadang dengan seenaknya berdiri di tengah jalan sembari menyodorkan kotak sumbangan. Tak jauh dari mereka, ada rekan yang mengumumkan dengan halo-halo mengenai aktivitas tersebut. Itu, sekarang sulit saya temui. Penyebabnya, bisa jadi aturan di sejumlah daerah yang melarang aksi penggalangan dana di tempat umum. Atau bisa jadi rumah ibadah tersebut rampung dibangun, atau bisa pula karena masyarakat sudah jenuh mendapati aksi itu. Jujur, sebagai seorang muslim, saya malah sangat tidak setuju dengan cara tersebut. Belakangan, pola penarikan sumbangan, khususnya untuk yayasan social justru berpindah ke SPBU. Di banyak SPBU di kota saya tinggal, dan ketika saya berlibur kemarin, hal itu saya dapati. Bahkan, aksi ini merambah tempat yang menjadi symbol gaya hidup urban, bioskop.  Dua tahun lalu, dilarut malam di pelataran parkir Planet  Hollywood, Jakarta, bisa-bisa sejumlah wanita muda berkerudung menyodorkan permintaan sumbangan untuk sebuah yayasan sosial. Akhir zaman Beribadah secara nyaman, memang mengasyikan. Setidaknya itu menjadi cara agar ibadah menjadi khusyuk. Tak heran lalu banyak panitia pembangunan masjid berlomba-lomba mempercantik rumah ibadah yang mereka kelola. Mulai dari memasang lantai keramik,menambah luas bangunan,menambah jumlah lantai dan beragam bentuk rehab lainnya. Tanpa bermaksud menggurui, satu di antara sejumlah hadis yang saya ingat adalah hadis ini, mengenai berlomba-lombanya orang mempercantik masjid. “Tidaklah datang hari kiamat hingga manusia berlomba-lomba membangun masjid”. Cobalah tengok disekitar kita, berapa banyak masjid yang terus dipercantik. Lalu tengok pula seberapa banyak yang memakmurkannya. Moga saja, kita termasuk orang yang memakmurkan masjid itu. *Setelah googling ternyata, fotonya ada di sosmed punya tetangga, saya print screen aja..permisi ngopi ya mas...

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun