So I listen to the radio (listen to the radio) All the songs we used to know (listen to the radio).
So I listen to the radio (listen to the radio) Remember where we used to go.
I listen to the radio (listen to the radio) All the songs we used to know (listen to the radio).
I listen to the radio (listen to the radio) Remember where we used to go.
Pasti kalian sudah tidak asing lagi mendengar sepenggal lirik lagu diatas. Ya, lagu yang berjudul Radio yang dinyanyikan oleh band asal Irlandia, The Corrs ini memang popular di era tahun 90-an, bahkan sampai sekarang, lagu ini tetap asyik untuk didengar.
Berbicara tentang radio, mungkin keberadaan nya sekarang agak terlupakan. Karena mayoritas di zaman sekarang ini, orang-orang mendengarkan musik melalui music player atau MP3 di telepon selulernya. Baru-baru ini, berawal dari hobby saya yang gemar berselancar di dunia maya untuk menggali beragam informasi, saya melihat ada proses pembuatan radio yang sangat unik. Kenapa kok saya bilang unik? Ya, karena pembuatan radio ini berasal dari limbah yang didaur ulang.
Nama perkumpulan tersebut adalah Javaleaf, saya mengobrol-ngobrol sedikit dengan leader dari Javaleaf tersebut yang bernama Irfan Kurniawan. Beliau menuturkan kepada saya, bahwa Javaleaf ini bukan komunitas, tetapi hanya perkumpulan orang-orang yang peduli lingkungan dan manusia dan dibina juga di Padepokan Garuda Muda Kota Bekasi. Terciptanya Javaleaf ini karena berawal dari sampah, bahkan pembuat seni kreatifnya cenderung juga 'sampah' karena kebanyakan dari mereka adalah orang disabilitas, pengangguran dan putus sekolah.
Javaleaf ini, berdiri pada tahun 2012, sebenarnya selain membuat radio, Javaleaf ini juga membuat berbagi produk punya lampu candy lamp yg terbuat dari limbah koran, miniatur ikan koki dari batok kelapa, dan miniatur scooter batik. Dan radio ini adalah produk ke-4 yang dibuat oleh Javaleaf. Javaleaf menamai produk radio buatan nya dengan radio “Kobex’s” alias radio Kota Bekasi.
Irfan selaku leader Javaleaf menuturkan kepada saya bahwa ternyata kesulitan dalam pembuatan radio ini pada awalnya ada di masalah bahan baku kayu. “Kita harus pilah-pilih mana kayu yang bagus mana yang gak bagus. Dan kurangnya peralatan kerja untuk membuat radio ini pada awalnya menjadi hambatan bagi kami.”