Indonesia adalah negara tropis dengan sinar matahari sepanjang tahun dan ribuan pulau yang ditiup angin---potensi energi terbarukan kita tergolong luar biasa. Dari data terkini, potensi teknis energi hijau Indonesia mencapai 419GW, dengan rincian 207,8GW untuk energi surya dan 60,6GW untuk energi anginhttps://www.mdpi.com/2071-1050/15/3/2342 .Namun kenyataannya, kapasitas terbarukan yang terpasang baru kurang dari 15 persen, dengan solar hanya 0,4 persen dan angin hanya 0,2 persen dari kapasitas energi nasional .
Mengapa Energi Hijau Belum Menjadi Arus Utama?
Pertama, pembangkit energi terbarukan seperti PLTS dan PLTB memiliki biaya awal yang tinggi dan belum dilengkapi infrastruktur listrik yang memadai di banyak daerah . Kedua, kebijakan energi masih didominasi batubara, sementara regulasi bagi energi terbarukan sering berubah dan insentif sulit dijangkau oleh pengembang swasta . Ketiga, masih ada kesenjangan teknologi dan keahlian lokal, mulai dari riset, manufaktur komponen, hingga pengoperasian dan pemeliharaan pembangkit .
Penambahan kapasitas energi terbarukan memang direncanakan: pemerintah menargetkan 75GW dari energi baru terbarukan hingga 2050 dan merencanakan penambahan 69,5GW untuk tahun 2025--2034, terutama dari solar (17,1GW) dan angin (7,2GW)https://www.argusmedia.com/en/news-and-insights/latest-market-news/2692463-indonesia-to-add-69.5gw-of-power-capacity-over-2025-34 .Namun realisasi hingga kini masih jauh dari target.
Solusi Menuju Energi Hijau Merata
Perkuat Kebijakan dan Insentif
Pemerintah perlu menetapkan harga jual listrik terbarukan yang stabil dan menawarkan subsidi investasi, misalnya pembebasan PPN atau percepatan perizinan.Bangun Infrastruktur dan Grid Cerdas
Banyak daerah tertinggal dalam akses listrik. Pengembangan grid interkoneksi pulau dan jaringan pintar (smart grid) akan memperluas jangkauan PLTS dan PLTB .Dorong Riset dan Transfer Teknologi
Kerja sama dengan lembaga riset dan negara maju untuk transfer teknologi panel, penyimpanan energi, dan manufaktur lokal sangat diperlukan. Pendidikan vokasi di sektor energi harus diperluas.Optimalkan Pemanfaatan Pakai Data
Gunakan metode GIS-AHP untuk memilih lokasi PLTS dan PLTB yang ideal sesuai data kecepatan angin, radiasi matahari, akses grid, dan keberlanjutan lingkungan https://arxiv.org/abs/2007.15351?.Fokus pada Proyek Skala Nyata
Dorong proyek seperti PLTS terapung Cirata (kapasitas 192MW) dan PLTB di Sulawesi (Sidrap 75MW; Tolo 72MW) sebagai pilot untuk replikasi di wilayah lain https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S2589014X25001252?.