Perkembangan teknologi di era modern telah membawa dampak yang signifikan di berbagai bidang kehidupan, salah satunya di bidang kesehatan. Berbagai manfaat dapat dirasakan dari teknologi kesehatan, khususnya dalam hal mendiagnosa, mengobati penyakit, dan melakukan pengelolaan kondisi kesehatan. Teknologi juga meningkatkan efektifitas, efisiensi, dan standar perawatan yang lebih tinggi. Beberapa perkembangan terkini dalam teknologi kesehatan di antaranya adalah telemedicine, aplikasi kesehatan, dan sensor medis. Kemudahan, dan manfaat yang diberikan oleh alat-alat ini sangat dirasakan oleh banyak orang. Oleh karena itu, dalam upaya mewujudkan Sustainable Development Goal 3, perkembangan teknologi kedokteran mulai diarahkan untuk fokus pada penyedia layanan kesehatan yang presisi.Â
Meskipun demikian, perlu diingat bahwa masih ada beberapa masalah yang seharusnya menjadi fokus utama sebelum melakukan pengembangan teknologi kedokteran. Hasil riset yang dilakukan lembaga riset "The Indonesian Institute" mencatat, ada tiga hal besar yang masih menjadi persoalan dalam bidang kesehatan di Indonesia. Tiga hal tersebut adalah masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai, masalah distribusi tenaga kesehatan yang belum merata, dan masalah pendanaan. Integrasi teknologi di bidang kesehatan memang tidak akan terhindarkan. Namun untuk sekarang, transformasi teknologi kesehatan harus difokuskan untuk menyelesaikan masalah-masalah ini agar tidak menjadi hambatan perkembangan bidang kesehatan.
Tujuan utama dari SDG 3 adalah menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan untuk semua orang di segala usia. Oleh karena itu, pemerataan fasilitas kesehatan menjadi hal yang penting demi terwujudnya kesejahteraan semua orang secara merata. Sayangnya, masih banyak masyarakat yang tidak bisa mengakses teknologi kesehatan. Apabila transformasi teknologi kesehatan difokuskan pada pelayanan kesehatan yang presisi dan masalah pemerataan dikesampingkan, kesenjangan teknologi antara kota-kota besar dan daerah pelosok akan semakin besar dan sulit diatasi. Maka dari itu, masalah ini harus dijadikan fokus utama dan diselesaikan terlebih dahulu sebelum mulai mengembangkan teknologi kedokteran.
Selain kurang meratanya fasilitas kesehatan, pendanaan juga menjadi salah satu masalah yang menghalangi majunya bidang kesehatan. Penerapan teknologi di bidang kesehatan memerlukan investasi yang sangat besar untuk infrastruktur, peralatan, dan pelatihan. Biaya penyelenggaraan yang mahal mengakibatkan teknologi kesehatan tidak memungkinkan untuk dipasarkan. Biaya layanan kesehatan yang tinggi akan menyulitkan masyarakat, khususnya kalangan menengah ke bawah, untuk mengaksesnya.
Contoh dari teknologi kedokteran yang perkembangannya terhambat masalah pendanaan adalah telemedicine. Penerapan telemedicine di Indonesia terhambat oleh sejumlah faktor. Salah satunya adalah biaya penyelenggaraan infrastruktur teknologi informasi yang masih mahal. Dr. Erik Tapan, MHA, pengamat informatika kedokteran, berpendapat bahwa kecepatan perkembangan telemedicine di Indonesia akan sejajar dengan harga infrastruktur teknologi. Semakin menurun harga tersebut, semakin cepat pula perkembangan telemedicine. Menurunnya harga teknologi kedokteran juga akan memudahkan masyarakat dari segala kalangan untuk mengakses layanan kesehatan.
Integrasi antara teknologi dan bidang kesehatan pasti akan terwujud dan berkembang dengan cepat. Teknologi kesehatan akan terus mengalami transformasi untuk mewujudkan SDG 3 dimana masyarakat dapat merasakan kesejahteraan di bidang kesehatan. Hanya saja, fokus utama transformasi teknologi kesehatan harus dipertimbangkan kembali, mengingat banyaknya masalah yang menghambat kemajuan bidang kesehatan. Masalah ketidakmerataan fasilitas kesehatan dan pendanaan harus diatasi terlebih dahulu sebelum mulai mengembangkan teknologi kedokteran. Ketika masalah ini sudah diatasi, maka pengembangan teknologi kedokteran bisa difokuskan untuk menyediakan layanan kesehatan yang presisi dan mengoptimalkan transformasi teknologi kesehatan.