Mohon tunggu...
Politik

Menjadi Pemimpin Bangsa, Nyatanya Hanya Mimpi Belaka

6 Juli 2017   09:13 Diperbarui: 6 Juli 2017   11:43 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Siapa yang tak kenal Hery Tanoesoedibdjo Bos MNC Group  yang memiliki 'kekuatan' yang luar biasa. Heri Tanoe Tidak hanya memiliki kekuatan finansial yang tak terbatas, tapi juga memiliki 'kekuatan' lain yang mampu dimanfaatkan untuk mengamankan kepentingan politik dan bisnisnya.

Terkait dengan ambisinya untuk menjadi pemimpin di Negara Indonesia, Heri Tanoe memanfaatkan saluran TV miliknya untuk kampaye politik kepada publik. Padahal kita tahu sendiri bahwa masa kampaye belum tiba waktunya.

Dengan perbuatan yang dilakukan demikianlah, Heri Tanoe dan medianya mendapat teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), karena diketahui memanfaatkan saluran publik hanya untuk memenuhi ambisi dan hasrat pribadi untuk memoles citra dirinya, agar dapat diterima masyarakat Indonesia.

Semua usaha itu dilakukan Hari Tanoe untuk mendapat simpati rakyat sekaligus untuk membentuk citra dirinya sebagai 'orang paling baik'. Orang yang pantas dan harus diperhitungkan di kancah perpolitikan Indonesia sebagai calon pemimpin negeri dimasa yang akan datang.

Tetapi kini Heri Tanoe harus berurusan dengan penegak hukum karena kasus sms yang bernada 'ancaman' yang dikirimkan kepada Yulianto, Kepala Subdirektorat Penyidik Jaksa Agung Muda Pidana Khusus, Kejaksaan Agung Republik Indonesia. Heri Tanoe merasa perlu mengirim sms bernada 'ancaman' itu kepada Yulianto, karena menganggap apa yang telah dan sedang dilakukan penyidik Kejaksaan Agung sangat menganggu kenyamananya  dan menjelekkan citra dirinya yang sedang dipoles sedemikian rupa dalam rangka mewujudkan keinginanya untuk menjadi pemimpin negeri.

Menurut Heri Tanoe sms yang dia kirimkan ke Jaksa Yulianto sebagai bentuk komitmen dan keinginannya yang luhur untuk memperbaiki negeri ini. Ditengah Menguatnya isu-isu SARA yang sedang memprok-poranda negeri ini. Heri Tanoe ingin mewujudkan Negeri ini yang tidak hanya mengaku berbhineka tunggal ika, tetapi mewujudkan dalam praktek keseharian agar tidak membuat jarak atas sesama karena alasan primordial.

Namun segala agan dan keinginan tersebut tidak semudah membalik telapak tangan. Heri Tanoe mestinya sadar dan harus tahu, serta tidak boleh melupakan sejarah, dan kemudian berkaca pada pengalaman Ahok. Terlepas dari semua kelebihan yang dimilikinya, Heri Tanoe harus menyadari dari awal bahwa dia tidak bisa begitu saja menghapus latar belakang dirinya sebagai kelompok minoritas (baik etnis maupun agama).

Kini Heri Tanoe ditetapkan sebagai tersangka terkait dengan sms ancaman yang dikirimkan kepada Yilianto Kepala Subdirektorat Penyidik Jaksa Agung Muda Pidana Khusus. Dan Heri Tanoe harusnya belajar dari pengalaman pahit yang dialami Ahok.

Di posisi ini, Heri Tanoe harusnya mulai sadar diri. Bahwa tidak semua keinginan dan ambisi dapat diwujudkan meski dengan semua sumber daya yang dimilikinya, dia bisa melakukan apa saja. Integritas tidak dapat dibeli dan digadaikan oleh seseorang hanya karena iming-iming fulus dan dolar, apalagi hanya berupa tekanan via sms. Mimpi dan ambisi Heri Tanoe untuk menjadi mempimpin bangsa hanya mimpi belaka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun