Sleman, Oktober 2025 — Dunia pendidikan anak usia dini (PAUD) di Indonesia kembali mengalami pembaruan signifikan. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) secara resmi memperkenalkan arah baru pembelajaran dengan pendekatan deep learning melalui Permendikdasmen Nomor 13 Tahun 2025 tentang Penyesuaian Strategis dalam Kurikulum PAUD, Pendidikan Dasar, dan Menengah. Menurut pernyataan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, kebijakan ini tidak bermaksud mengganti Kurikulum Merdeka, melainkan memperkuat esensinya agar proses pembelajaran di PAUD menjadi lebih mendalam dan bermakna (PAUD Jateng, 2025).
Abdul Mu’ti, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah menegaskan bahwa peningkatan kualitas pembelajaran di PAUD dilakukan melalui penerapan deep learning atau pembelajaran mendalam, yang berlandaskan tiga prinsip utama, yaitu mindful (berkesadaran), meaningful (bermakna), dan joyful (menggembirakan) (Hapsari & Madya, 2025). Pendekatan ini diharapkan dapat membentuk pola belajar yang lebih reflektif, di mana anak terlibat secara utuh dalam proses berpikir, merasa, dan bertindak selama pembelajaran berlangsung.
Harris Iskandar menjelaskan bahwa implementasi pembelajaran mendalam di PAUD berpusat pada penciptaan pengalaman belajar yang bermakna, holistik, dan relevan dengan dunia anak. Pembelajaran tidak lagi menekankan pada hafalan, tetapi membantu anak memahami konsep secara menyeluruh melalui eksplorasi aktif dan interaksi sosial. Lebih lanjut, Harris menambahkan bahwa penerapan deep learning bertujuan mendorong anak menjadi pembelajar aktif dan penemu, yang mampu membangun pemahaman kuat serta keterampilan relevan melalui pengalaman yang menyenangkan dan bermakna (Eko Schoolmedia, 2025).
Pendekatan deep learning menegaskan kembali prinsip dasar bahwa anak adalah subjek utama pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator yang menuntun anak menemukan makna belajar melalui eksplorasi dan pengalaman langsung. Dalam konteks PAUD, deep learning diwujudkan melalui kegiatan yang mengintegrasikan aspek kognitif, sosial-emosional, dan moral secara alami dalam aktivitas sehari-hari.
Sosialisasi kebijakan pendekatan deep learning mulai dilakukan di berbagai daerah, salah satunya di Jawa Tengah melalui Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP). Menurut laporan BBPMP Jawa Tengah (Hapsari & Madya, 2025), pendekatan deep learning di PAUD diuji coba melalui kegiatan berbasis media loose parts, bahan terbuka yang memungkinkan anak berkreasi bebas dengan memanfaatkan benda sederhana di lingkungan sekitar.
Pendekatan tersebut mendorong tiga prinsip utama pembelajaran PAUD:
- Mindful : anak hadir penuh kesadaran saat belajar;
- Meaningful : pembelajaran bermakna dan kontekstual; anak memahami hubungan antara kegiatan dan kehidupan nyata;
- Joyful : belajar dengan gembira, anak menikmati proses belajar sebagai pengalaman yang menyenangkan.
Melalui media loose parts, peserta didik diajak berkesadaran penuh mulai dari merancang ide bermain, memilih dan menggunakan media, hingga menciptakan sesuatu berdasarkan gagasan mereka sendiri. Dengan menemukan dan menciptakan ide sesuai pengalaman nyata, anak memperoleh makna dalam proses bermain, serta merasakan kebahagiaan karena diberi kebebasan bereksplorasi menggunakan media yang tersedia.
Selain itu, Yayasan Dian Dharma melakukan pelatihan untuk pembelajaran mendalam bagi guru TK. Salah satu guru peserta pelatihan, Ani, guru TK Pertiwi dari Sigaluh, menyampaikan antusiasmenya. “Kami para guru mendapatkan semangat baru, apalagi di tahun pelajaran baru ini tantangan semakin kompleks,” ujarnya. Menurut Ani, pelatihan ini memberikan pandangan baru bahwa pembelajaran deep learning anak tidak hanya belajar melalui instruksi, tetapi melalui pengalaman yang dirancang untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan kreativitas (Bidang Infokom Dinkominfo Kab. Banjarnegara, 2025).
Meskipun menjanjikan dan memiliki potensi besar, penerapan deep learning di PAUD tidak lepas dari berbagai tantangan. Berdasarkan hasil studi literatur oleh Jeane Siti Dwijantie (2025) hambatan utama terletak pada aspek guru, fasilitas, dan media pembelajaran. Lembaga PAUD di Indonesia masih menghadapi kesenjangan infrastruktur, sehingga sulit melaksanakan kegiatan pembelajaran mendalam secara optimal. Pendidik yang belum sepenuhnya memahami konsep deep learning dan cara mengintegrasikannya dalam kegiatan belajar anak usia dini.