Mohon tunggu...
Rifaldi Ahmad
Rifaldi Ahmad Mohon Tunggu... Penulis - Torehan-Pensil14

•Terpenuhinya hasratmu | tergantung dari seberapa besar kesabaranmu•

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penikmat Zaman

18 April 2020   19:31 Diperbarui: 18 April 2020   19:33 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Penulis : Rifaldi Ahmad.

Terkadang peradaban di sinonimkan dengan kata kebudayaan, padahal jikalau di amati lebih kedalam terdapat perbedaan yang tidak bisa di samakan.
Dari prasejarah kemudian masuk pada sejarah terdapat banyak perubahan yang di buat dengan rapi, sehingga yang melatar belakangi pun tidak di ketahui oleh ahli atau pun pakar sejarah. Sebenarnya ini adalah bahaya yang sangat besar pada regenarasi atau generasi yang masih bersama dengan era sekarang ini. Jika tidak mengeksploitasikan untuk mecari tahu maka yakin dan percaya kehidupan yang aneh akan terjadi.

Perilisan yang di pegang atau di kuasai oleh pemegang sistem akan tertawa terbahak-bahak nantinya. Perbedaan zaman sekarang dengan zaman sebelumnya sangat menantang kepada mereka yang sadar, bahwa mereka telah masuk dalam permainan (Game), atau berada dalam sistem, itu semakin menggumuli. Sangat di prihatin kepada mereka yang tidak sadar akan hal ini.

Coba kita semua jedakan waktu kita atau memanfaatkan sedikit waktu untuk berkontemplasi sejenak pada sistem yang di buat sekarang atau era industri (4.0) ini, bahwa yang di pakai adalah sistem dunia.

Banyak sekali keanehan yang terjadi yang coba di applikasikan oleh mereka. Tetapi sebagian besar tidak menghiraukannya. Jika pemuda atau mahasiswa adalah jantung dunia maka cobalah untuk menjawab serta menuntaskannya.

Yang menjadi catatan penting adalah kualitas dan kuantitas. Karena jika sebagian kecil yang mengekploitasikannya, itu sia-sia saja, palingan wacana habis di atas wacana. Sejauh yang saya amati di zaman ini sudah tidak ada lagi peduli terhadap alam yang kita diami, soalnya alam telah berusaha menonjolkan eksistensi masalahnya, tetapi sama sekali tidak dapat di pahami oleh mereka. Mungkin ada yang peduli tetapi kalah dalam kuantitas.

Yang saya takutkan di tahun yang akan datang semua yang bersifat materil atau berwujud, atau yang transaksinya masih bisa berjabat itu sudah tidak ada lagi,atau tidak di lakukan seperti biasanya.

Artinya bahwa masyarakat yang kecil akan melarat atau seluruh lapisan di atas bumi pertiwi ini akan mengalami dampaknya (negatif),  jikalau kebijakan itu di buat, dan saya sangat harapkan semoga tidak terjadi. Menjadi idealis tidak akan tinggal diam, menjadi bijaksana tidak akan mengikuti arus yang tidak berujung. Karenanya hakikat dari kesalahan lawan katanya adalah kebenaran.

Ini bukan hal yang sepeleh. Penyesalan tidak pernah menduduki posisi paling utama, jika istirahat di banyakkan dan sedikit beraktivitas maka statis yang di dapatkan, minimal seimbang atau biar perlu aktivitas yang mendominan. Ini bukan berbicara tentang masalah kecerdasan atau banyaknya orang dalam, tetapi ini adalah masalah orang banyak yang ada di seluruh dunia, terkhususnya bumi pertiwi kita ini yakni Indonesia.

ang saya takutkan dan menjadi keresahan yang berulang-ulang sehingga refleksi yang kemudian terjadi itu di bingungi oleh beberapa mereka yang mungkin belum sadar akan hal ini (Penikmat Zaman). Contohnya pada handpone dan kebijakan-kebijakan lainnya.

Handpone mempunyai jiwa kepemimpinan yang sangat utuh pada era sekarang ini. Banyak sekali yang di terpengaruh pada handpone, segala yang menyangkut dengan kebutuhan manusia bisa terjawabkan sampai tuntas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun