Mohon tunggu...
r. t.  mangangue
r. t. mangangue Mohon Tunggu... Dosen - Peduli terhadap permasalahan yang dialami masyarakat yang dicurangi, , dibully, dibodohi, dll.

Penggemar berat catur, penulis, ghost writer, pengajar, dan pecinta sastra Dapat dihubungi di alamat email: r_mangangue@yahoo.com. Facebook: richard mangangue. Tinggal di Manado.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Seorang Ayah yang Mencuri HP demi Anaknya Belajar Daring, Malah Diberi HP oleh Kajari Garut

6 Agustus 2020   03:00 Diperbarui: 6 Agustus 2020   06:55 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tahun ajaran baru telah dimulai sejak 13 Juli 2020. Seharusnya di tahun ajaran baru  sekolah dilakukan secara tatap muka secara langsung. Jadi, belajar seperti yang biasa atau seperti yang dulu-dulu. Guru duduk atau berdiri di depan kelas dan murid-murid duduk di bangku masing-masing. Namun, seperti kita ketahui bersama, sejak 2 Maret 2020 di negara kita muncul pertama kali kasus positif covid-19 terhadap seorang WNI. Lalu jumlahnya kian hari kian bertambah.

Belajar di Rumah

Jadi, tidaklah mengherankan sejak pertengahan Maret 2020, sekolah dan kuliah tidak lagi dilaksanakan di sekolah atau kampus, melainkan di rumah. Bahkan para pekerja kantoran pun melaksanakan pekerjaannya di rumah. Itu berlangsung hingga akhir semester lalu.

Sayangnya, hingga tahun ajaran baru, jumlah warga negara kita yang positif covid-19, kian bertambah banyak. Sudah mencapai angka puluhan ribu. Dan hingga tulisan ini dibuat, jumlah orang yang positif covid-19 sudah lebih dari 100.000 orang. Jadi, memang benar-benar menakutkan. Karena itu, tidaklah mengherankan, sejak dimulainya tahun ajaran baru hingga saat ini tetap diberlakukan Pembelajaran Jarak Jauh alias belajar online alias daring.

  

Ternyata Pembeljaran Jarak Jauh ini berdampak besar. membuat kesulitan bagi para murid yang orangtuanya hidup pas-pasan. Bagaimana tidak? Orangtua yang penghasilannya sangat kecil menjadi susah hati saat si anak meminta dibelikan HP android. Ya, karena benda itulah yang dapat membantu si anak dapat mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh. Tanpanya si anak tidak dapat belajar.

Mencuri HP

Karena merasa sangat iba melihat anaknya tidak dapat mengikuti pelajaran dari para gurunya melalui HP, seorang ayah, A (40) seorang buruh serabutan, nekat mencuri HP android untuk digunakan anaknya  belajar secara online. A yang kondisi ekonomi keluarganya sangat memprihatinkan, tertangkap basah saat mencuri HP. Warga Kampung Cilelang, Desa Jati, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut Jawa Barat, itu mengembalikan HP yang dicuri kepada pemiliknya dan meminta maaf. Beruntung si korban tidak melanjutkan kasus ini ke proses hukum.

Mendengar kisah yang mengharukan ini, Kepala Kejaksaan Negeri Garut, Sugeng Hariyadi, memerintahkan Kasi Pidum,  Dapot Dariarma, untuk segera mengganti HP yang sudah dikembalikan A supaya anaknya bisa belajar online. Lalu HP android pun diserahkan kepada A.

Menurut pihak kejaksaan, sejak masuk kelas 1 Madrasah Tsanawiyah (setara SMP) Kabupaten Garut, sang anak belum pernah belajar online, sehingga ayahnya nekat mencuri HP agar anaknya bisa belajar. Dari sisi kemanusiaan, pihak kejaksaan memperjuangkan si anak agar bisa mengikuti pelajaran. Kepada sang ayah diingatkan, mencuri adalah tindakan yang tidak dibenarkan hukum. Pihak kejaksaan sekaligus memberikan sosialisasi tentang kesadaran hukum.

 

Siapa yang Salah?

Kisah di atas benar-benar mengharukan. Kita mau salahkan A? Secara hukum, jelas  A bersalah. Namun, dari sisi kemanusiaann. kita dapat memahami mengapa A  melakukan tindakan itu. Ia adalah seorang ayah yang sangat sayang pada anaknya sehingga dia nekat mencuri HP. A tidak sampai hati melihat anaknya tidak bisa belajar daring. Namun, apa mau dikata, keadaan ekonominya tidak memungkinkan untuk membeli HP android, terpaksa dia melakukan tindakan pencurian itu. Kita mau salahkan pihak sekolah juga tidak mungkin karena kalau sekolah dilakukan secara normal, seperti sebelum masa covid-19, berkumpul dan bertatap muka secara langsung, pasti banyak muird yang akan terpapar covid-19. Tentu ini tidak kita harapkan bukan? Kita mau salahkan pemerintah juga tidak mungkin. Karena Pembelajaran Jarak Jauh adalah satu-satunya cara agar para murid terhindar dari covid-19.

Jadi, siapa yang harus disalahkan? Jelas tidak ada. Kita hanya berharap dan berdoa kepada Tuhan agar wabah covid-19 ini segera reda. Dengan demikian, kehidupan normal bisa kembali lagi. kita boleh berjabat tangan, duduk berdampingan, tidak pakai masker lagi, dan tentunya bagi anak-anak sekolah, sekolah bisa kembali dilakukan seperti sebelum masa covid-19. Bisa kembali bersekolah secara normal.

Manado, 6 Agustus 2020

Oleh Richard Tuwoliu Mangangue

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun