Dahulu di era 80 - an ada sebuah kereta api kelas Ekonomi bernama Purbaya yang melayani rute Purwokerto - Surabaya. Konon kereta yang mulai dioperasikan 15 April 1971 ini merupakan kereta favorit warga Banyumas Raya dan Surabaya Raya karena tarifnya yang super murah. Kelas ekonomi menjadikan kereta ini bak pasar berjalan karena saat itu begitu banyak pedagang yang lalu lalang diatas kereta.
 Sumpek dan panas adalah dua hal yang harus dirasakan oleh para penumpang, karena saat itu belum tersedia pendingin ruangan bagi kereta ekonomi. Belum lagi perjalanan yang super lambat dan acapkali mogok menjadikan penumpang kereta Purbaya lengkap sudah penderitaannya sepanjang perjalanan.Â
Namun meski demikian tetap saja orang mengandalkan kereta kelas ekonomi tersebut. Karena memang satu-satunya transportasi massal yang dipunyai negeri ini kala itu. Sehingga slogan biar lambat asal selamat menjadi jargon para fans kereta Purbaya saat itu.
Nah....di masa sekarang pun muncul Purbaya lagi, namun bukan dalam sosok kereta ekonomi yang berjalan lambat tetapi sosok seorang Ekonom yang maunya berjalan kencang. Sosok pelaku pasar yang gerah melihat lambatnya pertumbuhan ekonomi negeri ini saat ini. Sosok yang tidak bisa melihat uang menumpuk nganggur di brankas Bank Indonesia. Inginnya sebagian besar uang pemerintah berputar di masyarakat sehingga dalam pemikirannya akan mampu menggerakkan ekonomi masyarakat.
Bertentangan dengan mashab makro ekonomi yang selalu kuatir dengan banyaknya peredaran uang di masyarakat karena akan mengakibatkan inflasi, tetapi Purbaya sebagai pelaku pasar tetap optimis bahwa sektor riil akan bergerak apabila uang banyak beredar di masyarakat asal digunakan untuk sektor produktif bukan konsumtif. Dengan bergeraknya sektor riil berarti tenaga kerja akan banyak terserap dan secara perlahan daya beli masyarakat akan meningkat.
Kecepatan mengambil keputusan tersebut tentu bertentangan dengan nama Purbaya sebagai kereta api jaman dahulu yang berjalan pelan dan kadang mogok di tengah perjalanan. Purbaya yang ini justru merupakan kereta super eksekutif yang kalau sudah berjalan akan menyingkirkan kereta lainnya. Ini bukan Purbaya ekonomi bung....Ini Purbaya super eksekutif !
Semoga gelontoran dana yang diambil dari saldo pemerintah yang teronggok di Bank Indonesia betul-betul tepat sasaran dan tepat penggunaannya. Sehingga kasus-kasus seperti BLBI yang juga menggelontorkan dana yang sama tidak terulang lagi. Perlu kepastian hukum agar para pelaku keuangan tidak gatal untuk korupsi. Siapa yang tidak merah matanya melihat uang milyaran yang ada di depan mata. Kecepatan Purbaya perlu diimbangi integritas yang tinggi dari para pengelola perbankan. Sehingga konsep ekonomi yang ditawarkan Purbaya dapat berjalan dengan lancar.
Ayo pak Purbaya......jadilah sepur kelas eksekutif yang mampu membawa negeri ini mencapai tujuannya yaitu masyarakat yang adil dan makmur !!!
Salam Sehat.....!!!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI