Mohon tunggu...
R ANGGOROWIJAYANTO
R ANGGOROWIJAYANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru Tetap Yayasan di SMP Santo Borromeus Purbalingga

Saya adalah seorang Guru Swasta yang menyukai dunia tulis menulis dan tertarik dengan dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menyelamatkan Industri Pakaian Dalam Negeri Tanpa Mengorbankan Pedagang Pakaian Bekas Impor

20 Maret 2023   08:11 Diperbarui: 20 Maret 2023   08:19 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Nasionalisme ternyata belum merasuk secara mendalam ke jiwa setiap masyarakat Indonesia. Untuk urusan menghormat bendera masyarakat kita boleh dikatakana oke lah, tetapi untuk urusan yang lain terutama gaya hidup masih jauh api dari panggangnya.

Rasa memiliki ( sense of belonging ) untuk semua yang ada di negara kita belum seutuhnya menjiwai masyarakat kita. Terlebih untuk urusan fashion dan kuliner masyarakat kita lebih terinspirasi oleh gaya hidup artis-artis luar negeri. Tanpa mau menyeleksi apapun yang menjadi tontonan di depan mereka langsung ditiru semaksimal mungkin.

Masyarakat yang memilki nasionalisme untuk urusan bendera tetapi untuk penghargaan terhadap produk-produk dalam negeri sangat memprihatinkan. Kebanggaan semu yang tidak menjiwai nasionalisme itu sendiri tercipta karena kurangnya teladan atau contoh dari para pejabat maupun publik figur di tanah air.

Gaya hidup mewah dengan semua asesoris, pakaian, sepatu, maupun mobil yang bermerk luar negeri menjadi tontonan setiap hari di media sosial maupun televisi. Ironisnya yang melakukan itu semua adalah para publik figur yang bisa dikatakan menjadi panutan bagi masyarakat.

Maka tidak dapat dipungkiri banjirnya impor pakaian bekas pun ikut merajalela karena melihat peluang pasar yang terbuka dari konsumen di Indonesia. Penjual pakaian bekas impor pun menjadi banyak bermunculan karena keuntungan yang didapat sangat menggiurkan. Yang namanya barang bekas pasti belinya sangat murah tetapi kalau dijual akan sangat menguntungkan. Jadi jangan disalahkan aksi ambil untung para pedagang pakaian bekas ini.

Yang perlu diubah adalah mindset masyarakat kita. Segala sesuatu kalau impor pasti berkualitas tidak peduli berapapun harganya. Maka sudah saatnya kebanggaan akan produk dalam negeri terus digaungkan dan dicontohkan oleh para pejabat publik maupun publik figur di tanah air.

Sebenarnya Bapak Presiden kita adalah figur yang nasionalismenya tinggi, terbukti semua yang dikenakannya adalah produk dalam negeri. Beliau sangat bangga dengan produk dalam negeri dan selalu mengkampanyekan di setiap kesempatan. Namun yang sangat disayangkan tidak semua pejabat publik seperti beliau, bahkan pejabat yang tingkatannya jauh dibawah beliau justru selalu memakai produk-produk luar negeri.

Produk-produk pakaian dalam negeri sebenarnya sudah sangat berkualitas. Terbukti di pasar-pasar online kalau kita melihat pakaian dalam negeri sangat fashionabel dan harganya murah. Tetapi kalau sudah masuk toko pakaian offline menjadi sangat mahal sehingga kalah bersaing dengan pakaian bekas impor. Mungkin regulasi pada jalur distribusi barang perlu dibenahi, agar biaya yang harus dikeluarkan oleh produsen maupun distributor bisa ditekan. Sehingga produk pakaian di dalam negeri dapat bersaing dengan pakaian bekas impor.

Kebijakan menghentikan impor pakaian bekas mungkin juga bisa menjadi solusi. Tetapi harus diingat kelangsungan hidup ribuan pedagang pakaian bekas yang sudah terlanjur banyak di masyarakat kita. Jangan sampai kebijakan yang dihasilkan justru mematikan kelangsungan hidup pedagang pakaian bekas impor dan keluarganya. Kebijakan yang maksudnya baik jangan sampai memakan korban rakyatnya sendiri. 

Solusi alternatif perlu diberikan misal dengan memberi bantuan pengembalian modal yang sudah terlanjur mereka keluarkan. Dengan bantuan tersebut mereka diajak untuk beralih pada usaha yang tidak menyalahi peraturan pemerintah. Juga produk pakaian dalam negeri harus murah tetapi berkualitas dengan memangkas beberapa regulasi di bidang pertekstilan agar bahan baku industri garmen bisa ditekan. Kalau pakaian dalam negeri murah pasti para pedagang pakaian bekas impor mau mengalihkan usahanya dengan berjualan pakaian dalam negeri.

Yang tidak kalah penting adalah kampanyekan penggunaan pakaian produk dalam negeri. Usaha yang dilakukan sebenarnya sudah ada tetapi mungkin harus dimaksimalkan. Seperti ajang Indonesia Fashion Week maupun Pamer Busana dalam negeri di jalanan seperti saat muncul trend Citayam Fashion Street. Kalau diorganisir dengan maksimal bukan hal yang mustahil akan muncul generasi-generasi pecinta produk fashion dalam negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun