Mohon tunggu...
Gading Cempaka
Gading Cempaka Mohon Tunggu... Guru - Gading Cempaka adalah nama salah satu tokoh atau karakter dalam legenda yang berasal dari daerah Bengkulu.

Menulis📝, adalah seni menuangkan isi hati ke dalam rangkaian kata-kata yang saling terhubung menjadi untaian cerita yang sarat dengan makna💞😍

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Guruku Kekasihku

7 Desember 2017   10:56 Diperbarui: 7 Desember 2017   11:07 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan salahku kiranya, jika aku memiliki kekasih. Wajar donk, aku sekarang kelas XI. Sebagai dara yang sedang ranum, gejolak asmara dihatiku juga sedang memuncak. Tapi, permasalahan mereka adalah mengapa mereka mengusikku? Cintaku tidak terlarang. Kami saling suka. Saling tertarik. Dan tidak ada unsur paksaan. Malah kekasihku ini yang duluan memaksaku...memaksa aku untuk mengiyakan aku menjadi pacarnya. So, apa yang salah? 

Aku sekolah di salah satu sekolah swasta. Cukup terkenal. Meski sekolahnya tak bonafit amat, tapi konon katanya yang punya wong penggede. Jadi banyak yang mau memasukkan anaknya ke sini. Kalangan pejabat, artis, dan borjuis-borjuis kelas kakap lain juga banyak. Salah satunya bokapku. Makanya aku sedikit sombong, karena bokapku punya andil yang cukup besar di sekolah ini. 

Sudah lama aku menyukainya. Iya, benar. Dia...guruku. Tepatnya sih dia guru Fisika. Waduuuh...tuh pelajaran ya emang paling susah buatku. Namun entah kenapa, dengan dia sebagai guruku...fisika dapat kusikat habis soal-soalnya. Seolah-olah dapat kucuran mukjizat. Tak ada kesulitan bagiku. Sejak kelas X aku sudah ikut olimpiade. Ya, mungkin benar pepatah Jawa" witing tresno jalaran soko kulino" dengan guruku, wong tiap hari ketemu...ditambah lagi lebih intens saat pendalaman materi olimpiade, ya jadi deh...benih-benih suka itu tumbuh subur. 

Aku tak mampu mengelak. Saat dia perhatian. Tak hanya saat belajar, sudah tugasnya guru membimbing, membantu, dan mengarahkan siswanya. Menurutku, perhatiannya tak hanya sekedar itu. Dan tak ada penolakan darinya, jika sebaliknya aku menyukainya. Apa yang salah? Bukannya cinta tak mengenal rupa, kasta dan harta? Itulah yang aku rasa, ketulusan guruku padaku yang menyebabkan aku menyisihkan perasaan yang lain. Perhatianku padanya pun tak biasa. 

Lingkungan sekolah sudah tahu kalau kami memiliki kedekatan pribadi. Dan tak ada yang kami tutupi. Aku menyukainya sama seperti insan kasmaran lainnya. Ia memotivasiku dalam berbagai hal. Aku juga berprestasi di sekolah. Dan aku tak menyangkal, dia seperti doping bagiku. Seakan-akan hormon bahagiaku bangkit takkala aku bertemu dengannya. 

Hubungan kami semula berjalan baik. Ya, itulah hubungan, kalau tak ada ujian tak seru. Rupanya, bukan cuma aku yang menyukai guruku. Ada seorang siswa lain yang suka. Dan menurutku, ia saingan yang cukup membuatku stress. Dia agresif dan ekspresif. Emosinya meluap-luap. Terang-terangan ia mengungkapkan perasaannya pada guruku. Dia pamerkan foto-foto kedekatan dengannya terutama di media sosial. Meradang aku dibuatnya. 

Dia tak mampu menjelaskan padaku. Karena dia juga tertekan. Berada di antara dua pilihan yang sulit. Hati atau karir. Aku juga kasihan melihatnya.

Hari demi hari hubungan kami semakin buruk. Semakin jarang aku melihatnya.

Hingga suatu waktu...dia tak datang ke sekolah. Dengan alasan sakit. Namun, akhirnya aku tahu kalau sebenarnya dia tak sakit, melainkan diberhentikan dengan berbagai syarat. Aku pun tak terima dengan situasi ini. Aku marah. Aku tak suka. 

Aku sangat kehilangannya. Prestasiku drop. Rasanya aku sudah malas ke sekolah. Seakan semua mata mencibirku. Sementara itu, rivalku semakin menjadi. Ia seakan menikmati keterpurukanku. Bahagia...di atas penderitaanku. 

Dalam sekejap semua hilang. Bukan hanya rasaku, apapun terasa tak berguna. Bak ditelan bumi...dia tak pernah lagi nampak olehku. Bukan hanya raganya, pesan-pesannya pun sudah tak lagi mampu aku dapatkan. Seakan-akan mereka sudah rencanakan. Menekanku habis-habisan. Memusnahkan semua akses yang mungkin menghubungkan aku padanya. 

Kini, hari-hariku di sekolah terasa semu. Hampa. Sendiri. 

JKT, 7Des2017.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun