"Pengujian keamanan yang efektif harus mencapai minimal 80% branch coverage untuk mengidentifikasi sebagian besar kerentanan potensial," demikian menurut studi oleh Howard et al. (2021).
3. Penetration Testing Berbasis Kode
Penetration testing berbasis kode mengombinasikan pengetahuan struktur internal program dengan simulasi serangan. Penguji menganalisis kode untuk mengidentifikasi titik-titik potensial yang rentan, kemudian merancang serangan yang ditargetkan.
Arkin, Stender, dan McGraw (2018) menyatakan bahwa "pendekatan hybrid yang menggabungkan pengujian penetrasi dengan analisis kode dapat meningkatkan efektivitas deteksi kerentanan hingga 30% dibandingkan dengan penetration testing black-box tradisional."
4. Fault Injection
Teknik ini melibatkan modifikasi kode secara sengaja untuk menguji ketahanan sistem terhadap input yang tidak valid atau kondisi tidak terduga. Metode umum dalam fault injection meliputi:
- API abuse testing: Memanipulasi parameter API untuk menguji ketahanan sistem
- Exception handling testing: Memicu exception untuk menguji penanganan kesalahan
- Buffer overflow simulation: Menguji ketahanan aplikasi terhadap serangan buffer overflow
Manfaat Pengujian White-Box untuk Keamanan Perangkat Lunak
1. Deteksi Kerentanan yang Mendalam
Pengujian white-box memungkinkan identifikasi kerentanan pada level yang lebih mendalam. Fernandez-Buglioni (2023) mengemukakan bahwa "40% kerentanan keamanan kritis berasal dari kesalahan implementasi yang hanya dapat dideteksi melalui pengujian white-box."
2. Evaluasi Kualitas Kode Keamanan
Metodologi ini memungkinkan evaluasi langsung terhadap praktik pengkodean keamanan, seperti validasi input, enkripsi data, dan penanganan autentikasi. Dengan demikian, tim pengembangan dapat memastikan bahwa kebijakan keamanan diterapkan secara konsisten di seluruh kode.