Mohon tunggu...
qoriah pulungsari
qoriah pulungsari Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - mahasiswa

hobi menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Era Society 5.0

17 Oktober 2023   11:15 Diperbarui: 17 Oktober 2023   11:35 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Istilah Society 5.0 baru populer dalam dua tahun terakhir, tepatnya pada 21 Januari 2009. Istilah ini merupakan perkembangan revolusi industri 4.0. Itu sebabnya kedua konsep ini tidak memiliki banyak perbedaan, hanya memiliki tujuan yang berbeda. Revolusi industri cenderung menjadi sebuah konsep yang membuat hidup manusia lebih mudah dengan kecerdasan buatan (AI) sebagai komponen kuncinya. Meski Society 5.0 berbasis pada pemanfaatan teknologi modern, namun tetap mengandalkan manusia sebagai komponen utamanya. Dengan manusia sebagai komponen utamanya, konsep ini menciptakan  perkembangan teknologi yang mampu meminimalisir kekurangan manusia.

Untuk menjawab tantangan era Society 5.0 dalam dunia pendidikan diperlukan kecakapan hidup abad 21 atau 4C (Creativity, Critical Thinking, Communication, dan Collaboration). Guru harus menjadi individu kreatif yang mampu mengajar, mendidik, menginspirasi dan menjadi  teladan.  Jika pada revolusi industri 4.0 peran guru semakin tergantikan oleh teknologi sehingga sedikit banyak mengikis emosi manusia. Dengan demikian, di era Society 5.0, peran guru sangat erat kaitannya dengan teknologi. Pembelajaran akan menggunakan teknologi sebagai landasan dan guru sebagai komponen utamanya. Guru harus menguasai 6 keterampilan dasar literasi, yaitu kemampuan  membaca, menganalisis, dan menggunakan informasi di dunia digital, menguasai pengetahuan teknologi, memahami cara kerja dan penerapan teknologi, serta “memiliki kemampuan menerapkan budaya manusia, khususnya humanisme, komunikasi, dan desain. ”.

Guru harus memiliki keterampilan hidup abad ke-21, khususnya kepemimpinan, literasi digital, kewirausahaan, kewarganegaraan global, kerja sama tim, dan keterampilan memecahkan masalah. Dan harus ada fokus pada keterampilan pendidikan abad ke-21 seperti kreativitas, berpikir kritis, komunikasi dan kolaborasi. Guru mempunyai peran dan fungsi yang tidak dapat dipisahkan, diantaranya adalah kemampuan mendidik, membimbing, mengajar dan melatih. Di sisi lain, guru mempunyai peran ganda yang disebut EMASLIMDEF (pendidik, manajer, administrator, supervisor, pemimpin, inovator, motivator, evaluator dan fasilitator). EMASLIM adalah peran  kepala sekolah. Namun, dalam skala mikro, di dalam kelas, guru juga harus memainkan peran tersebut. Peran guru dalam membangun moralitas.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Peran adalah serangkaian tindakan yang diharapkan dilakukan oleh anggota masyarakat. » (Kbbi, 2016). Peran guru adalah mengatur lingkungan belajar dan berperan sebagai pedoman mengajar, meliputi: guru sebagai perencana, guru sebagai teladan, guru sebagai pemimpin agama, mengajar adalah peramal dan mengajar adalah yang membimbing. atau memandu pusat pembelajaran

Peran guru tidak hanya sekedar memberikan informasi, tetapi juga mendemonstrasikan dan memberikan sarana pembelajaran (pengarahan dan penunjang pembelajaran) agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara maksimal. Peran seorang guru sebagai pendidik adalah yang menyangkut tugas bimbingan, dorongan, tugas pengawasan dan pelatihan serta tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan siswa agar ditaatinya semua peraturan  sekolah dan semua standar yang ada dalam keluarga dan masyarakat. Peran guru yang tepat antara lain sebagai manajer kelas, fasilitator, motivator, demonstran, mediator, dan evaluator. Perlu dimaksimalkan 5.0, karena guru tidak  hanya harus fokus pada proses penyampaian ilmu, namun juga harus mengedepankan karakter, etika, dan keteladanan dalam Pendidikan.

Menurut Heri Cahyono, guru dapat menggunakan beberapa cara untuk mengembangkan karakter siswa, antara lain:

Pertama, pengetahuan moral merupakan strategi yang membekali siswa dengan pengetahuan yang baik sesuai dengan hukum pendidikan nilai. Kedua, keteladanan atau keteladanan moral diterapkan untuk mencapai tujuan pendidikan dengan memberikan teladan yang baik kepada peserta didik agar mempunyai akhlak yang baik melalui guru yang menjadi teladannya. Ketiga, etika cinta merupakan terbentuknya etika cinta yang bersumber dari keadaan pikiran. Pola pikir yang baik tentang nilai kebaikan dapat bermanfaat bagi perilaku yang baik. Jika individu  merasakan nilai berbuat baik, perasaan cinta dan kasih sayang dapat berkembang. Apabila menyukai hal-hal yang positif maka individu akan berusaha secara maksimal untuk mencapai hal-hal baik tersebut. Keempat, tindakan moral yang diterapkan bersifat langsung, ketika siswa mempunyai keteladanan, pengetahuan,  merasakan  suatu nilai tertentu, barulah mereka dapat bertindak berdasarkan pengalaman dan pengetahuan tersebut.Kesadaran Anda terhadap nilai-nilai yang ada dalam diri Anda pada akhirnya membentuk kepribadian Anda. . Kelima adalah cara atau nasehat tradisional  untuk membedakan benar dan salah. Pengacara berperan dalam mencapai kebaikan yang bisa dicapai dan kejahatan yang bisa dihindari. Keenam, metode hukuman menuntut siswa menyadari perilakunya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Tujuh metode menciptakan kebiasaan atau kebiasaan diterapkan agar siswa dapat berpikir, berperilaku, dan bertindak berulang-ulang dalam cara berbuat baik hingga menjadi suatu kebiasaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun