Mohon tunggu...
Qisthi
Qisthi Mohon Tunggu... Mahasiswa -

biarkan mengalir saja...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Menilik "Rekening Utang Tidur"

24 Januari 2019   11:45 Diperbarui: 24 Januari 2019   12:42 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: shawellnessclinic.com

Dewasa ini, kita hidup di tengah masyarakat millenial yang serba dua-puluh-empat-jam. Dilihat dari satu sisi, ini menunjukkan tingginya produktifitas masyarakat kita sehingga nampak super-sibuk. 

Namun di sisi lain, kita akan menyadari betapa kita hidup dalam masyarakat yang kurang menghargai akan waktu tidur. Padahal, tidur memegang peranan penting dalam menyiapkan tubuh dan otak guna menyongsong hari esok agar tetap awas, produktif dan sehat.

Kewajiban serta tuntutan masing-masing individu seringkali menjadi 'alasan pembenaran' untuk  menyita waktu tidur kita, sehingga memaksa tubuh dan otak agar terjaga lebih lama. Hal ini tentu membuat waktu tidur-terjaga kita otomatis menjadi tak teratur. Celakanya, sebagian dari kita masih saja bermain-main dengan waktu tidur untuk beberapa 'alasan pembenaran' yang kurang penting.

Umumnya, manusia membutuhkan kurang lebih 8 jam untuk tidur, mengistirahatkan tubuh dan otak, yang selama 16 jam terjaga terus menerus demi menunaikan kewajiban dan tuntutan kita yang beraneka ragam dalam sehari. Namun, seringkali rasanya hanya 24 jam saja, masih amat kurang bagi kita untuk mengejar tuntutan serta kewajiban yang kita punya. Lihat betapa serakahnya kita soal waktu. 

James B. Maas, dalam bukunya yang berjudul 'Power Of Sleep', menyebutkan satu istilah yang sedikit mengganggu pikiran saya, yaitu mengenai "Rekening Utang Tidur". Inilah yang tanpa disadari kita lakukan sehari-hari. Kita mulai berhutang sedikit demi sedikit dengan waktu tidur kita, yang kemudian akan tercatat dalam 'rekening utang tidur'. Tidur yang selama ini kita anggap sesuatu yang kurang penting, kita korbankan begitu saja.

Rekening utang tidur ini bersifat kumulatif. Jika kita terus menerus menambah utang, dengan cara mengurangi waktu tidur atau bahkan tidak tidur sama sekali. Dalam jangka waktu yang lama rekening ini suatu saat akan membengkak. Akibatnya tentu saja akan membahayakan diri sendiri. Kesehatan terganggu, produktifitas menurun, tingkat keawasan serta refleks menurun dan lain sebagainya.

Sederhananya, bahkan, sebuah mesin pun tetap butuh istrirahat. Laptop saya, jika terlalu lama digunakan untuk sekedar memutar musik, mengerjakan tugas, serta berselancar di dunia maya, ia akan mengirimkan sinyal untuk 'istirahat'. Baterai yang tiba-tiba overheat, sistem yang tiba-tiba error, atau bahkan laptop yang tiba-tiba mati ketika digunakan.

Begitupula dengan manusia. Sebagai contoh,para pekerja kantoran, setelah seharian dari pagi hingga sore mencari penghidupan, malamnya kembali mengerjakan segudang PR dari kantor yang entah kapan selesainya. Kadang, mereka membekali diri sendiri dengan beberapa 'amunisi', seperti kopi atau energy drink agar tubuh dan otak tetap terjaga. Akan tetapi, tubuh normal tentu akan mengirim sinyal-sinyal supaya kita istirahat, dengan menguap misalnya, yang kita abaikan begitu saja. 

Maka, tak jarang kita menemui kasus kecelakaan kendaraan bermotor yang disebabkan oleh pengendaranya 'mengantuk-sejenak' ketika mengemudi. Sekuat apapun kita, tubuh tak mampu berbohong untuk tidak-mengantuk sama sekali. Fenomena 'mengantuk-sejenak' ini tentu tak hanya membahayakan diri sendiri, namun juga orang lain di sekitar kita. Itu baru salah satu contoh kasus akibat yang ditimbulkan atas kelalaian kita terhadap rekening utang tidur.

Alangkah baiknya jika kita bisa sedikit lebih memperhatikan diri sendiri. Mengatur waktu sebaik mungkin supaya kita mampu berlaku adil terhadap waktu. Lunasilah utang-utang tidur kita, jangan biarkan rekening utang kita tiba-tiba membengkak tanpa kita sadari.

Utang tidur ini memang tak bisa sekaligus kita lunasi semuanya, karena tentu saja kita hanya punya waktu 24 jam dalam sehari dengan segudang aktivitas. Namun kita masih bisa mempertimbangkan tentang tidur siang, tidur di sela-sela kesibukan atau memperbaiki waktu tidur kita sedikit demi sedikit. Itulah tindakan preventif yang bisa kita lakukan dalam menyikapi waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun