Mohon tunggu...
putu paramita
putu paramita Mohon Tunggu... Mahasiswa Magister Pariwisata di Universitas Pendidikan Indonesia

Salah satu Guru Perhotelan di Muhhamadiyah dan Shailendra

Selanjutnya

Tutup

Palembang

Palembang dari Mata Gen Z : Jalan kaki, jalan lokal , dan foto estetik !

6 Juni 2025   01:09 Diperbarui: 6 Juni 2025   00:19 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Walking Tour bersama Gen Z di kota palembang. sumber dokumentasi pribadi 2025

Generasi Z (Gen Z)—kelompok usia muda yang generasi digital-native yang memiliki minat kuat pada pengalaman otentik, visual storytelling, dan aktivitas yang bermakna. Mereka tidak hanya bepergian untuk bersenang-senang, tetapi juga untuk belajar, berinteraksi, dan membuat konten. Oleh karena itu, pendekatan wisata yang cocok untuk Gen Z adalah walking tour—sebuah aktivitas menjelajah kota secara langsung dan perlahan dengan berjalan kaki, sambil menikmati nilai sejarah, budaya, dan lokalitas tempat-tempat yang dikunjungi.

Palembang, kota tertua di Indonesia dengan sejarah panjang sejak masa Sriwijaya hingga era Kesultanan Palembang Darussalam, menawarkan pengalaman ideal untuk sebuah walking tour. Dalam tur ini, rute yang diambil mencakup Jembatan Ampera, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, kuliner Pempek Tumpah, dan ditutup dengan naik perahu ketek di Sungai Musi.

1.Jembatan Ampera: Simbol Peradaban dan Visual Kota

Jembatan Ampera salah satu ikon utama di kota palembang. Sumber dokumentasi pribadi 2025
Jembatan Ampera salah satu ikon utama di kota palembang. Sumber dokumentasi pribadi 2025


Tur dimulai dari Jembatan Ampera, ikon utama kota Palembang yang membentang di atas Sungai Musi. Jembatan ini dibangun pada masa Presiden Soekarno tahun 1962 dan awalnya bernama “Jembatan Bung Karno.” Namun setelah peristiwa politik 1965, namanya diubah menjadi “Ampera”, singkatan dari “Amanat Penderitaan Rakyat.”
Bagi Generasi Z, Jembatan Ampera adalah tempat yang sangat “visual”—megah, berwarna merah mencolok, dan memiliki pemandangan terbaik saat senja atau malam hari dengan pencahayaan kota di sepanjang tepian Musi. Mereka bisa mengambil foto, membuat Instagram stories, atau konten TikTok dengan latar belakang jembatan dan Sungai Musi.
Namun, penting juga memberikan konteks sejarah: bagaimana jembatan ini dibangun sebagai bagian dari semangat kemerdekaan dan simbol konektivitas. Tour guide atau narasi digital dapat menyelipkan informasi menarik seperti: Ampera dahulu bisa diangkat agar kapal lewat.
Dulu dikenal sebagai jembatan terapung. Menghubungkan dua wilayah utama: Seberang Ulu dan Seberang Ilir. Dengan pendekatan storytelling, Gen Z diajak bukan hanya berfoto, tetapi juga menyerap nilai perjuangan pembangunan nasional dan makna simbolis dari infrastruktur ikonik ini.

2.Museum Sultan Mahmud Badaruddin II:

Ruang Belajar Sejarah yang Menyatu dengan Sungai Langkah kaki kemudian diarahkan ke Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, hanya berjarak beberapa ratus meter dari Jembatan Ampera. Museum ini terletak di bekas bangunan keraton yang telah direstorasi menjadi ruang pamer budaya dan sejarah Kesultanan Palembang.
Museum ini menyimpan artefak-artefak seperti:
Senjata tradisional Kesultanan,Replika pakaian adat, Manuskrip kuno, Foto-foto lawas Palembang dari era kolonial. Bagi Gen Z yang terbiasa dengan informasi visual, penyampaian sejarah melalui display interaktif, infografis, dan QR code digital sangat penting agar mereka tidak merasa bosan. Di sinilah museum harus tampil modern dalam menyampaikan narasi masa lalu.
Tokoh utama museum, Sultan Mahmud Badaruddin II, adalah pemimpin Palembang yang menolak dominasi VOC dan menjadi pahlawan nasional. Nilai-nilai perlawanan terhadap kolonialisme, identitas lokal, dan kebanggaan terhadap warisan sejarah menjadi tema yang dapat dikaitkan dengan semangat Gen Z yang vokal dalam isu keadilan sosial dan pelestarian budaya.
Spot-spot museum yang fotogenik seperti jendela besar, arsitektur kolonial, dan halaman belakang yang menghadap Sungai Musi juga sangat cocok untuk konten kreatif. Gen Z bisa membuat vlog sejarah pendek atau konten edukasi dengan gaya yang ringan tapi informatif.

3.Pempek Tumpah: Inovasi Kuliner Tradisional yang Instagrammable


Setelah meresapi sejarah, saatnya menjajal cita rasa lokal yang khas Palembang: Pempek. Namun alih-alih tempat pempek biasa, walking tour ini mengajak peserta mencicipi versi yang kekinian yaitu Pempek Tumpah. Berbeda dari penyajian tradisional, pempek tumpah disajikan seperti mi instan: potongan pempek kecil-kecil (lenjer, adaan, kulit), disiram kuah cuko pedas manis yang "menumpah" ke seluruh permukaan. Disertai topping tambahan seperti telur rebus, ebi, atau bahkan sambal kekinian. Bagi Gen Z yang sangat visual dalam memilih makanan (karena ingin tampil menarik di media sosial), pempek tumpah menjadi pilihan ideal. Warna-warni kuah dan penataan kekinian membuat makanan ini tidak hanya lezat tetapi juga viral-ready.
Sambil menikmati hidangan, pemandu tur dapat menceritakan asal-usul pempek, yang berasal dari kata “empek-empek”—panggilan akrab untuk lelaki tua Tionghoa yang pertama kali menjual makanan ini. Ini membuka ruang diskusi kecil tentang akulturasi budaya, yang sangat relevan bagi Gen Z yang hidup dalam dunia yang semakin multikultural.

4.Naik Perahu Ketek: Menyusuri Napas Sungai Musi

Sungai Musi kota palembang yang cindo bersama gen Z. sumber dokumentasi pribadi 2025
Sungai Musi kota palembang yang cindo bersama gen Z. sumber dokumentasi pribadi 2025

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Palembang Selengkapnya
Lihat Palembang Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun