Ketika pendidikan tidak lagi sekadar ruang hafalan, melainkan jendela untuk memahami dunia nyata dan hidup di dalamnya.Â
Belajar dari Dunia yang Nyata
Dalam dunia pendidikan yang terus berkembang, muncul pertanyaan mendasar: apa sebenarnya tujuan pendidikan? Apakah hanya untuk menjejalkan teori, atau untuk menyiapkan manusia menghadapi kehidupan yang nyata?
Salah satu aliran filsafat yang memberikan jawaban tegas terhadap pertanyaan ini adalah realisme.
Realisme menegaskan bahwa pendidikan seharusnya berpijak pada kenyataan objektif dan pengalaman empiris, bukan sekadar gagasan abstrak yang sulit dijangkau. Dalam realisme, belajar berarti membuka mata terhadap dunia nyata mengamati, meneliti, dan memahami kehidupan secara langsung.
Apa Itu Filsafat Realisme?
Secara etimologis, realisme berasal dari kata real yang berarti "nyata."
Dalam pandangan ini, realitas diyakini benar-benar ada di luar pikiran manusia. Dunia fisik tetap eksis walaupun manusia tidak memikirkannya.
Tokoh-tokoh seperti Aristoteles, Francis Bacon, John Locke, dan Thomas Aquinas menjadi fondasi penting bagi realisme. Mereka menekankan bahwa pengetahuan sejati diperoleh dari pengalaman, pengamatan, dan pembuktian langsung.
Belajar, menurut mereka, bukan sekadar menghafal teori, tetapi menemukan kebenaran melalui bukti dan pengalaman nyata.
Prinsip-Prinsip Dasar Realisme dalam Pendidikan
Dunia nyata adalah sumber utama pengetahuan.
Pendidikan harus membantu siswa mengenal dan memahami dunia sebagaimana adanya.Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman empiris.
Siswa diajak mengamati, mencoba, dan menalar dari apa yang mereka lihat dan alami.-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!