Mohon tunggu...
Putry Ambarwati
Putry Ambarwati Mohon Tunggu... Guru - I'm only a human

Writing is breathing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Pengembara Sunyi

30 Oktober 2020   23:42 Diperbarui: 30 Oktober 2020   23:44 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Allahu Akbar Allahu Akbar.... (Adzan berkumandang)

Menyeringai membuka mata perlahan sesekali menguap lantas bangun beranjak dari empuk nya kasur. Bagi sang pengembara sunyi, kasur nya cukup layak untuk sekedar merebahkan tubuh nya. segera ia melangkah menuju bilik, membasuh setelah nya membentangkan sajadah berdialog dengan dalang semesta. 

Pagi itu cuaca tampak bersahabat untuk memulai pengelanaan. Pria ber tubuh tegap dan berkumis acap kali mengawali pagi dengan menyeduh kopi barang segelas. Blee. 

Nama  akrab yang kerab kali di juluki dan melekat pada nya. Blee gemar dengan sentuhan alam. Alhasil, mulai dari berbagai gunung di Indonesia sudah ia daki atau sekedar memanjat tebing pun sudah ia jajaki dan masih banyak lagi. ia gemar pula mengoleksi buku bacaan. Jikalau berkenaan dengan usia, agaknya sudah cukup pantas sebagai bapak ber anak satu. 

Dengan Gaya nya yang terkesan tegas dan sesekali puitis, puan mana yang tak jatuh hati pada nya. Namun Blee masih saja berkelana mencari puan yg nantinya menjadi ibu bagi si petualang kecil nya. 

Si Penikmat kopi yang kerap kali mendaki gunung pun tak kesah musabab ia percaya akan mendapati puan yang tepat. sekian purnama pun terlewati dengan berbagai aktifitas nya dalam pengembaraan. 

Agaknya semesta sedikit membercandai. Ia dipertemukan kembali dengan pujaan kala silam. Mengapa bisa Blee dalam perjumpaan nya merasa seperti sudah cukup mengenalnya lebih lama, padahal ia tak pula akrab betul dengan si puan. puan tersebut tak begitu menghiraukan perjumpaan nya karena ia tengah asik bergulat dengan perasaan dalam hati yang masih saja tak jua mereda. 

Ayu. Puan berkulit sawo matang dengan tinggi sekitar 159 cm dengan perawakan cuek nya ketika itu mengingat-ingat ulang kejadian perjumpaan nya dengan Blee. Hati Ayu kala itu agaknya masih sedikit berkecamuk karena pria asing yang menghianati cinta nya. Lantas, seolah semesta memberikan petunjuk dengan mnghadirkan sosok pria bernama Blee berjumpa lagi dengan nya. Kedua nya tak juga terlalu saling mengenal sehingga membuat mereka pada akhirnya saling mengenal hingga sekian purnama trlewati berkali-kali. Dalam pengembaraan nya menjumpai si calon ibu petualang kecil nya itu dan dengan suguhan drama yang dihadirkan semesta, Blee mampu melewati itu dan telah mendapati hati dari puan pujaan silam yang akan mendampingi hidup nya kelak. Tak lama sesudahnya, Blee beserta rombongan keluarga sepakat bertandang ke kediaman Ayu. Blee akan beradu tangan berucap janji kepada ayahanda Ayu. Tampak di wajah si puan tepat di Mata nya seolah embun bening siap membasahi pipi namun bulan sabit tetap tinggal di bibir nya yang di poles gincu barang sedikit namun cantik nan anggun di pandang. Semesta merestui pengembara sunyi dan sang puan pujaan nya.

~Didedikasikan teruntuk temanku yang enggament esok hari 31 Oktober 2020.

Do'a terbaik menyertaimu :)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun