Tanpa korban, tak akan ada hikmahnya. Penembakan polisi yang akhir-akhir ini terjadi memang membuat situasi keamanan nasional tidak bertambah baik. Apalagi momen penembakan adalah pada saat lebaran dan hari kemerdekaan negara Indonesia. Ini seperti tamparan keras bagi pemerintah yang belum maksimal memberi keamanan bagi rakyatnya.
Sebagai pagar pengamanan dan benteng perlindungan masyarakat, polisi seharusnya berdiri tegak untuk masyarakat. Nyatanya musuh bukan mengincar masyarakat tetapi merusak pagarnya satu per satu. Kondisi ini tidak bisa diartikan kalau masyarakat akan menjadi aman karena mereka bukan sasaran. Kondisi ini justru membiarkan sesuatu yang rapuh bisa hancur berantakan kalau pelindungnya tidak segera diperkuat.
Jika demikian apa yang dapat diperbuat masyarakat untuk mendukung pelindungnya. Seperti yang sering diimbau para petinggi negara, masyarakat bisa berpartisipasi aktif untuk melaporkan pertama kali setiap hal kelihatan tidak aman dan tidak tertib. Selama ini peringatan yang disampaikan belum digubris karena belum kejadian. Sudah 4 korban jatuh, jadi tunggu apalagi.
Korban-korban penembakan ini adalah bukti bahwa polisi memang harus berjuang lebih kuat untuk mengamankan masyarakat dan dirinya sendiri. Sistem yang telah ada dalam pengamanan di lingkup polisi sebenarnya sudah baik. Dengan terus melakukan patroli dan merespon cepat setiap aduan masyarakat maka apa yang terjadi akhir-akhir ini bisa dikurangi. Minimal mengusut tuntas pelaku du balik setiap kejadian yang terjadi ini.
Motivasi di balik kejadian ini bisa jadi diakibatkan oleh pelayanan yang belum memuaskan. Ada hal yang tidak berkenan yang mungkin pernah dilakukan korban terhadap pelaku. Tindakan pelaku juga tidak menyerang secara massal melainkan menghabisi satu per satu. Bisa saja motiv pribadi menjadi alasan penembakan.
Untuk itu, sebagai aparat yang paling diperhatikan, polisi dapat mengambil hikmah dari kejadian penembakan ini dan memperkuat diri dengan peningkatan kemampuan di bidang pengamanan diri dan masyarakat.