Mohon tunggu...
Putri Nurul Hikmah
Putri Nurul Hikmah Mohon Tunggu... Mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Negeri Semarang

saya merupakan mahasiswa jurusan ilmu sejarah di universitas negeri semarang. saya memiliki hobi membaca, dan bidang seni.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Perbedaan Sejarah Lokal, Pedesaan dan Kota

8 Oktober 2025   15:12 Diperbarui: 8 Oktober 2025   13:17 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sejarah lokal itu berkelindan dengan sejarah kota dan sejarah desa, namun mereka berlainan. 

Sejarah lokal dengan sejarah kota

Sejarah kota merupakan prodak dari sejarah sosial, namun batasan yang diambil tidak sama jika dibandingakan dengan sejarah pedesaan yang lebih menekankan pada dinamika masyarakat. Untuk sejarah kota lebih menekankan pada aspek tematik seperti laju pembangunan kota, perkembangan tradisi kota. Yang membedakan antara sejarah kota dengan sejarah lokal yaitu pada aspek penulisan sejarah kalau sejarah kota penulisannya lebih temaatik ke berbagai pengkategorian kota, atau lebih ke kondisi geografis sebuah kota berbeda dengan sejarah lokal yang tema bahasannya sedikit lebih luas karena biasannya sejarah lokal mencakup dari kehidupan atau peristiwa yang pernah terjadi dari lingkup kota hingga desa. Sejarah lokal juga sering kali di bumbui oleh mitos yang berkembang pada masyarakat.

 Contoh sejarah perkotaan tematik yaitu  budaya perkotaan atau kota budaya, sebuah kota juga bisa dicap sebagai kota budaya. Hal ini dikarenakan kentalnya nuansa dan aktivitas budaya masing-masing kota. Di Indonesia sejarah perkotaan, kota Solo dapat kita disebut dalam kategori kota ini. Solo adalah tempat karya sastra klasik yang menjadi simbol hegemoni budaya jawa di masa lalu lahir dan ditulis ulang. Meminjam kata-kata Pigeaud. Solo adalah tempat renaisans budaya dan sastra jawa klasik. Lebih dari karya sejarah dan sastra baru telah dihasilkan. Dari yasadipura hingga ranggawarsitha, dinasti penyair besar jawa tinggal di tempat ini dan mengembangkan sastra dan sejarah jawa. Tidak hanya penyair di Solo yang menulis karya sastra dan sejarah, raja dan pengeran juga menulis karya sastra dan sejarah. Ensiklopedia budaya jawa tertua dan terbesar, atau yang kemudian dikenal sebagai serat centhini, dibuat di kediaman putra mahkota. Kesenian jawa itu halus, indah dan kompleks pada saat bersamaan. Seni tari wayang kulit dan wayang orang serta karawitan jawa juga tersebar luas. Pengebangan fisik kota pun telah diatur sedemikian rupa semenjak berdirinya latar belakang budaya setempat. Bahkan begitu kekuasaan kolonial semakin kuat di kota ini, Solo tetap menunjukan jatidirinya yang kuat sebagai sebuah kota dengan kekuatan budaya yang terus bertahan. Kajian yang menuliskan tentang kebudayaan di perkotaan yaitu Djoko Soekiman yang mengkaji budaya indis di perkotaan jawa. Tulisan ini memberikan gambaran yang sangat komprehensif tentang budaya kehidupan perkotaan, terutama yang kemudian disebut sebagai budaya indis, cara hidup dengan segala karakteristiknya yang merupakan campuran dari pengaruh eksternal dan lokal. Budaya indis yang ia kerjakan berkisar dari furniture, pakaian, bahasa, dan seni untuk gaya hidup perkotaan.

Contoh dari sejarah lokal, salah satunya gedung Lawang Sewu kota Semarang yang sekarang menjadi ibu kota Jawa Tengah merupakan salah satu kota terpenting pada masa penjajahan Belanda. Semarang yang terletak di ujung utara pulau jawa menjadi salah kota pelabuhan yang berperan penting pada masa kolonial. Pengaruh ini menjadikan banyaknya bangunan kolonial yang terdapat di Semarang. Selain kawasan kota tua yang memiliki banyak bangunan kolonial, banyak juga bangunan yang ada diluar kawasan dengan ciri kolonial. Salah satu bangunan kolonial yang menjadi landrmak kota Semarang yang saat ini adalah kantor Nederland Indische Sporweg (NIS), yang sekarang disebut Lawang Sewu meski telah mengalami beberapa kali renovasi dan perubahan fungsi, Lawang Sewu masih mempertahankan ciri khas arsitektur aslinya.

Sejarah lokal dengan sejarah desa atau pedesaan

 Sejarah desa juga sebenarnya merupakan salah satu prodak dari sejarah sosial. Yang membedakan antara sejarah pedesaan dengan lokal pada batasan yang jelas secara tematis. Sejarah pedesaan biasanya membahas tentang desa, kehidupan masyarakat petani, dan ekonomi pertanian. Sejarah lokal memberikan ruang yang tepat untuk sejarah pedesaan  karena batas-batas teritori yang jelas. Sejarah lokal bisa memberikan batasan pada sejarah pedesaan jika fenomena antar desa berbeda. Sejarah lokal penulisannya harus memperhatikan prinsip-prinsip seperti skup spasial, skup temporal, sejarah lokal yang bagus harus ada peristiwannya, peristiwanya kecil tetapi membawa dampak yang cukup besar, struktur historiomasa. Sedangkan untuk sejarah pedesaan biasanya pembahasannya  tidak jauh-jauh dari tema yang dekat dengan kehidupan masyarakat desa seperti pertanian dan kehidupan sosial budayanya. Penulisan sejarah pedesaan sendiri melibatkan dialog dengan beberapa tokoh masyarakat.

Contoh dari sejarah pedesaan, gerakan protes sosial petani di Jawa pada masa kolonial, gerakan protes sosial petani Jawa bukan hanya masa lalu, tetapi juga merupakan fenomena sejarah yang selalu hadir di segala zaman, baik dulu maupun sekarang. Sepanjang sejarah kita telah melihat protes sosial petani terhadap hegemoni ekonomi, politik dan budaya yang menindas, tidak hanya protes sosial keagamaan, tetapi juga protes dalam bentuk kerusuhan. Berbagai bentuk kerusuhan sebagai bentuk protes sosial petani adalah kepengecutan yang mengintegrasikan perselisihan sosial ke dalam gerakan sosial. Perampokan juga dianggap sebagai masalah keamanan di pedesaan, terutama di perkebunan tebu, tembakau, dan kopi. Aksi ini merupakan protes petani terhadap perusahaan perkebunan yang merugikan petani. Bandit adalah orang atau kelompok yang menggunakan kekerasan untuk menyerang dan merampok. Namun, para bandit ini terbagi menjadi bandit biasa dan bandit sosial. Penjarahan berfungsi untuk menghilangkan ketidakadilan, penindasan dan eksploitasi, merupakan respon terhadap kemiskinan, tekanan pajak, kerja paksa dan tekanan sosial politik dan ditujukan untuk mengembalikan harta benda yang disita.

Contoh dari sejarah lokal, sejarah lisan methik paji gejug lesung di desa Gilinggang Tradisi methik dan gejug lesung merupakan tradisi turun temurun dari nenek moyang yang dipengaruhi oleh agama Hindu-Buddha. Tradisi ini berasal dari masyarakat yang percaya bahwa Dewi Sri adalah Dewi Pertanian, Dewi Padi dan Sawah, serta Dewi Kesuburan di Pulau Jawa dan Bali. Ia dipercaya sebagai Dewi yang menguasai ranah dunia bahwa tanah juga bulan. Kepercayaan ini berlaku selama bertahun-tahun. Hal ini adalah sebuah aplikasi terhadap kepercayaan terhadap benda-benda  yang memiliki kekuatan dan roh yang mempengaruhi perjalanan sehari tersebut tidak menutup kemungkinan masyarakat pulau Jawa mewarnai setiap sikap dalam kehidupannya, sehingga membutuhkan tuntunan dan bimbingan yang benar sesuai dengan ajaran islam.

            Pengaruh tradisi Methik Pari dan Gejug Lesung yang sangat kuat akepada masyarakat Desa Glinggang, sehingga pada akhirnya mereka percaya bahwa tradisi ini dapat membawa kebaikan dan mendatangkan rezeki. Namun dari kepercayannya itu bisa menjadi berbahya jika mereka percaya bahwa akan terjadi musibah jika tradisi ini tidak dilakukan. Misalnya padinya tidak akan tumbuh dengan subur dan mengalami penyakit atau mudah terserang oleh hama sehingga berakibat akhirnya musim panen tidak bisa dilaksanakan sesuai dengan yang diinginkan atau bisa dikatakan sebagai musim gagal panen. Untuk menghindarkan kaum muslim supaya tidak terjerumus kepada kemusyrikan pak lurah beserta tokoh agama yang ada di desa Glinggang berusaha meyakinkan penduduk bahwa niatan dalam menjalankan budaya Methik Pari dan Gejug Lesung merupakan sebagai ungkapan rasa syukur atas rezeki yang telah Allah berikan pada saat panen padi.

            Tradisi methik pari menjadi kegiatan yang sangat sakral bagi para pelakunnya, karena mereka percaya bahwa dengan mempraktekan tradisi ini maka iklim mata  pencaharian sebagai petani tetap baik. Hal ini diartikan bahwa masyarakat mendapatkan hasil yang banyak setiap kali panen. Selain itu, tradisi ini membuat perekonomian warga menjadi stabil. Tentunya tradisi ini akan terus dilaksanakan oleh generasi penerusnya karena memiliki banyak sekali manfaat. Tradisi methik pari merupakan kesenian yang patut dibanggakan oleh masyarakat, karena kesenian ini memberikan manfaat bagi masyarakat. Terdapat beberapa nilai-nilai yang bermanfaat untuk diambil dan diterapkan dalam keseharian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun