Mohon tunggu...
Putri Nur Mahera
Putri Nur Mahera Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (24107030073)

Seorang gadis penyuka warna pink dengan seribu cerita yang ada di hidupnya.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Rumah Impian Milenial: Mimpi di Siang Bolong atau Masih Bisa Dikejar?

7 Juni 2025   19:00 Diperbarui: 7 Juni 2025   18:38 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Pinterest)

Siapa sih yang nggak pengen punya rumah sendiri? Apalagi buat kita, anak-anak milenial, punya rumah itu kayak jadi simbol kemandirian, pencapaian hidup, dan investasi masa depan. Tapi, makin ke sini, mimpi punya rumah sering banget terasa kayak fatamorgana—kelihatan di depan mata, tapi makin dideketin malah makin menjauh. Jadi, bener nggak sih impian milenial punya rumah itu cuma ilusi doang? 

Realita: Harga Rumah Melaju, Gaji Jalan di Tempat

Pertama-tama, kita harus jujur sama kondisi di lapangan. Harga rumah di kota-kota besar kayak Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan udah melesat jauh banget, sementara gaji kita gitu-gitu aja. Data dari berbagai survei dan perbankan nunjukkin, rasio harga rumah terhadap pendapatan (house price to income ratio) di Indonesia itu udah ngeri banget. Bahkan, buat pekerja dengan gaji UMR, butuh waktu lebih dari 15-20 tahun buat ngumpulin uang demi beli rumah tipe sederhana—itu pun kalau semua gajinya ditabung tanpa dipakai buat apa-apa!

Bahkan, Menteri Keuangan Sri Mulyani juga pernah bilang, rata-rata upah buruh nasional cuma sekitar Rp2,9 jutaan per bulan, sedangkan harga rumah tipe kecil udah tembus Rp267 juta. Kalau dihitung-hitung, gaji segitu cuma cukup buat ngajuin KPR sekitar Rp103 jutaan doang. Jauh banget, kan, dari harga rumah yang ada sekarang?

Gaya Hidup dan Jeratan Pinjol: Musuh Dalam Selimut

Nggak bisa dipungkiri, gaya hidup milenial juga punya andil bikin mimpi punya rumah makin susah dicapai. Banyak dari kita yang lebih milih buat beli gadget terbaru, nongkrong di kafe, atau traveling, daripada nabung buat DP rumah. Belum lagi, makin banyak yang kejebak pinjaman online (pinjol) atau paylater. Data OJK per Maret 2025 nunjukkin, lebih dari 40% tunggakan pinjol datang dari kelompok usia 21–35 tahun. Kalau udah gagal bayar, skor kredit anjlok, akses ke KPR pun jadi mimpi di siang bolong!

Padahal, gagal bayar pinjol Rp300 ribu aja bisa bikin kita ditolak bank waktu mau ngajuin KPR ratusan juta. Ironis banget, kan? Jadi, sebelum mikir punya rumah, pola konsumsi dan manajemen keuangan kita juga harus dibenerin dulu.

KPR: Solusi atau Malah Menjerat?

Banyak yang bilang, KPR adalah solusi biar milenial bisa punya rumah. Bank dan pemerintah juga udah kasih banyak program, mulai dari DP nol persen, tenor sampai 30 tahun, sampai subsidi kayak FLPP dan Tapera. Tapi, nggak sedikit juga yang akhirnya mundur karena takut terjebak utang jangka panjang, penghasilan belum stabil, atau DP yang tetap aja terasa berat. Jadi, KPR ini beneran solusi atau malah jebakan Batman?

Faktanya, ada juga kok milenial yang berhasil punya rumah lewat KPR, asal disiplin dan punya perencanaan keuangan yang matang. Tapi, buat sebagian besar dari kita, cicilan rumah tetap jadi beban yang nggak kecil, apalagi kalau gaji masih pas-pasan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun