Mohon tunggu...
Putri Nur Mahera
Putri Nur Mahera Mohon Tunggu... Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga (24107030073)

Seorang gadis penyuka warna pink dengan seribu cerita yang ada di hidupnya.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Puncak Bukit Turgo: Mengunjungi Petilasan Syekh Jumadil Kubro dan Indahnya Merapi

26 Mei 2025   17:00 Diperbarui: 26 Mei 2025   16:54 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis)

Cerita ini dimulai ketika saya bersama teman sekelas dan dosen prodi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga berkunjung ke Petilasan Syekh Jumadil Kubro. Awalnya kita sepakat untuk tikum di Fishum, dikarenakan saya yang tinggal di Kaliurang akan membuat saya blak - bali. Saya, dan Zalsa menunggu di salah satu Alfamart Kaliurang. Kita menunggu rombongan teman - teman datang sambil sarapana, Zalsa membawa makanan khas Jogja, yaitu gudeg sementara saya hanya nyemil dan bermain handphone karena saya sudah sarapan sebelumnya. Melalui grup, salah satu teman saya membagikan live location agar kita tau mereka sudah sampai dimana. Saat itu saya dan Zalsa berada di Kaliurang KM.11. Kami berdua fikir, bahwa teman - teman kami akan melewati jalan ini, ternyata mereka melewati Monjali (Monumen Jogja Kembali). setelah Zalsa selesai sarapan, kami berdua langsung tancap gas menyusul mereka dengan mengandalkan google maps.

Di perjalanan kita menyusuri jalanan yang sejuk nan asri, sekitaran masih dikeliling pohon hijau yang rindang. Masih bersih, belum tercemar polusi udara seperti di kota. Saya dan Zalsa sungguh sangat menikmati perjalanan ini. Bersyukur merasakan nikmat Allah yang tiada taranya. Lalu, kami mengira bahwa kami sudah ketinggalan rombongan teman - teman. Alhasil saya langsung ngebut membawa motor untuk menyusul teman - teman saya. Tapi setiba sampainya di lokaisi, teman - teman saya belum datang. Rupanya, mereka masih di belakang kita. Saya dan Zalsa menunggu rombongan itu datang. Berselang sekitar 10 menit kemudian terdengar bunyi klakson motor bertanda rombongan teman - teman saya telah sampai. Saya sangat antusias berlari dan merekam kedatangan mereka.

Namun, kita tidak langsung naik. Kita istirahat sekitar 30 menit sambil menikmati hidangan makanan dan minuman yang tersedia di warung tersebut. Saya sambil melihat - lihat sekeliling dan menghirup udara segar, kalau kata dosen saya ini namanya "pembersihan paru - paru". Turgo seindah itu, para wisatawan harus mengunjungi Turgo selain Malioboro. Puncak Turgo ini berada  di Dusun Turgo, Desa Purwobinangun, Kecamatan Pakem, Yogyakarta. Jarak tempuh jika menggunakan sepeda motor dari pusat Jogja yaitu 28 km atau sekitar kurang lebih satu jam.

Sebelum kita menaiki 1743 anak tangga alias 1000mdpl. Kita semua berdoa demi kelancaran serta keselamatan kita semua untuk naik ke Puncak Turgo yang dipimpin oleh dosen prodi Ilmu Komunikasi, Dr. Mokhamad Mahfud, S.Sos.I. M.Si. Melangitkan cita - cita dan harapan untuk kita semua. Setelah selesai berdoa, kita berjalan sekitar 100 meter dan disambut oleh anak - anak tangga. Kita berhenti sejenak mendengar wejangan dari salah satu yang mengelola disana. Setelah itu kita sesi foto bersama dan mulai menaiki anak - anak tangga. Saya fikir, saya adalah orang yang akan sampai pertama ke puncak, nyatanya saya adalah salah satu yang sampai nya terakhir. Setiap menaiki anak tangga, saya dan teman - teman saya yang kloter akhir selalu istirahat sebentar, mengatur nafas dan mengembalikan tempo jantung yang sudah terengah - engah. Awalnya saya ingin menyerah, tapi tekat saya untuk capai di puncak lebih besar daripada menyerah. Setiap berhenti, kita semua saling bercerita tentang kehidupan. Sambil menikmati segarnya udara dan keindahan alam semesta.

Banyak para ziarah yang datang juga, setiap kita naik selalu ada ziarah yang mengatakan "semangat ya, sebentar lagi sampai kok". Saya heran dengan para ziarah usia yang dibilang sudah tidak lagi muda masih mempunyai stamina untuk sampai diatas. Sementara, saya yang masih muda ini, sungguh kelelahan sekali. Teman  - teman saya yang lainnya sudah lebih dulu sampai ke puncak. Sementara saya dan 2 orang teman saya yang lain berhenti lagi untuk istirahat sejenak. Tibalah kami di sampai post 2 yang dimana tidak lama lagi akan sampai puncak. Saya terkejut melihat 4 orang teman saya yang sudah turun dari sana. Ini membuat saya menjadi semangat kembali untuk melanjutkan perjalanan saya sampai ke puncak.

Alhamdulillah, dengan usaha dan tekad saya yang tidak menyerah itu, saya terharu karena akhirnya saya menyentuh puncak Bukit Turgo. Teman - teman saya tertawa melihat saya yang baru sampai, ada beberapa juga yang lagi sholat. Lalu, salah satu teman saya bertanya kepada Bapak Mahfud. Teman saya bertanya terkait makruh nya sholat di makam.

"Mas, ini bukan makam tapi maqom. Ini tempat Syekh Jumadil Kubro beristirahat dan berdoa kepada Allah SWT. Bukan berarti ada mayatnya disini, dan nisan itu hanya sebagai penanda tempat Syekh Jumadil Kubro disini," ujar Bapak Mahfud. Kita semua yang mendengar itu mengangguk tanda memahami.

Lalu, kita lanjut untuk berdoa bersama dan bersholawatan di Puncak Turgo. Dari puncak itu, kita bisa langsung melihat kemegahan dari Gunung Merapi, namun sayangnya kala itu keindahan Gunung Merapi sedang ditutupi oleh kabut awan. Terdapat air yang mengalir langsung dari mata air, airnya sungguh segar, dingin, dan bersih. Kita menggunakan air itu untuk ber - wudhu, adapun beberapa teman - teman saya yang mengisi botol minum kosongnya dengan air tersebut. Airnya sungguh sangat dingin seperti air es. Bahkan jika kita sedang berbicara pun, ada asap yang keluar dari mulut kita.

Keindahan alam ini adalah obat bagi kamu yang pikiran nya sedang banyak dan pusing. Menjadikan Puncak Turgo sebagai tempat healingmu adalah salah satu yang terbaik dari beberapa tempat di Jogja. Yuk, segera nikmati keindahan alam ini dan ziarah ke Petilasan Syekh Jumadil Kubro!

(Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Penulis)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun