Mohon tunggu...
Putri Natasya
Putri Natasya Mohon Tunggu... Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa

Hobi saya tergantung keadaan, saat tidurpun saya bisa mengerjakan hobi saya hehehe.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kehidupan di Kaki Gunung Sindoro Sumbing

5 Desember 2023   20:54 Diperbarui: 5 Desember 2023   21:08 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://ppid.temanggungkab.go.id/frontend/detail_profil/2

Kota Temanggung yang lebih dikenal sebagai kota tembakau, merupakan sebuah kota yang terletak di Jawa Tengah dan berada diantara 2 lereng gunung yaitu Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Ditinjau dari letak geografis Kota Temanggung, di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Kendal Dan Kabupaten Semarang, di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Semarang Dan Kabupaten Magelang, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Magelang, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo.

Namun, pada penulisan artikel ini kita akan mengenal lebih dalam seputar Kota Temanggung, dan salah satunya yaitu sebuah desa yang bernama Ngadiprono. Letak Ngadiprono sendiri secara lebih rinci berada di Kelurahan Ngdimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Indonesia. Desa yang terdiri dari 3 Rt, 100 KK ini terletak di barat laut Kota Temanggung. Tentunya, disetiap daerah di Indonesia memiliki potensi. Potensi yang ada di desa ini diantaranya sebagai berikut.

  • Ekonomi dan Pariwisata

Karena letaknya yang berada didaerah dataran tinggi tentu membuat suhu udaranya sejuk. Tanah yang subur dan udara yang sejuk merupakan suatu berkah bagi penduduk Ngadiprono. Sayur dan hasil kebun dapat hidup dengan baik.  Hal ini menjadikan sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani.

Sebagai desa yang berada di kota yang dikenal dengan kota tembakau, tentunya tembakau yang dihasilkan di desa Ngadiprono juga lumayan. Namun sayangnya penjualan hasil panen tembakau masih melalui perantara orang, tidak secara langsung petani mengolah lalu menjualnya. Mereka hanya mengolah bagian daun tembakau yang sudah kering dan bagian tertua dari daunnya dengan artian daun itu tumbuh lebih dulu, sehingga daun tersebut akan menghitam, dan bagian itulah yang akan diolah petani. Akan tetapi, bagian tersebut tidak akan dijual melainkan digunakan oleh petani itu sendiri.

 Selain tembakau, potensi tanaman lain di desa ini yaitu kopi (kopi robusta dan arabika). Pengelolaan hasil panen kopi di masyarakat desa Ngadiprono ini masih sederhana, kopi akan dipanen, dijemur hingga kering kemudian akan dijual. Panen kopi masih dilakukan dengan tenaga manusia, kopi akan dipetik secara manual oleh pemilik kebun.

Keuntungan letaknya yang berada di dataran tinggi tidak hanya dirasakan pada sektor ekonomi, namun juga pada sektor pariwisata. Hutan bambu yang dapat dengan lebat tumbuh dimanfaatkan sebagai sektor pariwisata. Banyak masyarakat maupun wisatawan dari luar biasa menyebutnya dengan "Pasar Papringan Ngadiprono". Sektor pariwisata ini didirikan sekitar tahun 2017 oleh warga masyarakat Ngadiprono bersama dengan komunitas Spedagi yang bergerak di pengembangan desa.

https://instagram.com/pasarpapringan?igshid=OGQ5ZDc2ODk2ZA==
https://instagram.com/pasarpapringan?igshid=OGQ5ZDc2ODk2ZA==

Pariwisata ini menawarkan wisata kuliner tradisional Jawa Tengah. Wisata ini tidak dapat dikunjungi setiap hari akan tetapi dapat dikunjungi pada setiap hari Minggu Wage dan Minggu Pon dari pukul 06:00 WIB -- 12:00 WIB. Wisatawan yang datang tidak hanya wisatawan lokal saja melainkan dari berbagai luar provinsi Jawa Tengah bahkan hingga mancanegara. Sektor pariwisata ini masih bergerak hingga saat ini. Adanya Pasar Papringan Ngadiprono ini tentunya menambah pendapatan masyarakat dan juga desa.

https://instagram.com/pasarpapringan?igshid=OGQ5ZDc2ODk2ZA==
https://instagram.com/pasarpapringan?igshid=OGQ5ZDc2ODk2ZA==

Kehidupan masyarakat tentunya tidak dapat lepas dari budaya sekitar yang ada. Tujuan dari adanya pariwisata ini adalah untuk melestarikan budaya Jawa. Salah satunya adalah penggunaan baju lurik oleh pedagang dan adanya iringin -- iringan gamelan Jawa yang terus dimainkan hingga acara berakhir. Bahkan cara memasak yang masih menggunakan cara tradisional yaitu dengan arang kayu dapat ditemukan di Pasar Papringan ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun