Perjalanan ke maratua ditempuh dalam waktu 3 jam menggunakan speedboat dari Berau, dari melewati perairan dengan dominasi warna air coklat, sejauh mata memandang saya melihat banyaknya kapal-kapal tongkang membawa batu bara, hingga air berubah menjadi biru laut, suasana gerimisÂ
Berau saat itu membuat air laut sedikit naik namun syukurlah tidak sampai menyentuh gelombang tinggi sehingga masih aman untuk gejolak di perut saya (dibaca mual), 3 jam sudah kami melewati gelombang laut dan dari kejauhan saya melihat biru laut sudah berubah warna menjadi hijau tosca, pulau yang saya yakini adalah tujuan kamipun sudah terlihat, dan sampailah kami di dermaga utama Pulau Maratua yang warna airnya sudah berbeda menjadi lebih jernih bahkan menyerupai kaca.
Dari dermaga kami dijemput menggunakan mobil bak yang terbuka belakangnya, ternyata dari situ kami masih harus menempuh perjalanan 10 menit sekaligus speedboat kecil untuk menyebrang ke sisi pulau lain, karena ternyata resort kami belum ada akses jalur darat langsung dari pulau utama.
Awan mendung masih menyelimuti, menjadi alasan mengapa sunset tidak begitu terlihat merona hari itu. Tumpukan awan dari menit ke menit berubah menjadi gelap, dan malam pun datang. Malam pertama saya di Maratua berbeda dari malam-malam yang saya dan teman-teman lalui pada road trip di hari sebelumnya. Suasana sunyi dengan paduan debur ombak, aroma asin, angin laut malam, dan bintang yang mulai menunjukkan eksistensinya adalah gambaran seorang introvert yang sedang menikmati waktu sunyinya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI