Mohon tunggu...
putri bulan
putri bulan Mohon Tunggu... -

minggu pagi hujan, ndengerin musik favorit, buku di kiri, milktea di kanan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Negara = Wisma Kost

1 April 2012   09:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:10 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Lama-lama negara ini tak ubahnya seperti sebuah wisma kos yang sebenarnya sudah sangat komplit, tapi sayang menjadi buruk hanya karena pengelolanya menyebalkan.

Umpamakan mereka (pemerintah) adalah pengelola kos yang kurang peduli. Aku, salah satu yang mengekos yang bisa tidak peduli. Mereka menetapkan peraturan macam-macam, menaikan harga kos sesukanya, membeli banyak fasilitas untuk dirinya dengan asalan itu untuk operasional. Siapa yang membiayainya?

Aku, anak kos yang harus memenuhi kebutuhannya sendiri karena pengelolaku tidak bisa diharapkan. Mereka hanya menyediakan kamar tapi ketika aku meminta fasilitas, mereka kurang memberinya dengan baik. Agak tak sebanding dengan uang sewa yang mereka dapatkan. Ketika tiba-tiba genteng bocor, mereka memang memperbaikinya, tapi dengan kualitas yang jauh berbeda dari sebelumnya, yang penting sudah tidak bocor. Ketika tiba-tiba lampu mati, aku sendiri yang harus menggatinya. Tapi ketika tiba-tiba sembako naik, mereka menaikan uang sewa. Mereka, lebih banyak meminta daripada memberi. Aku, sebisa mungkin tidak berurusan dengan mereka selama kunci kamarku masih dipegang olehku.

Namun ketika mereka akhirnya semakin menyebalkan, pilihannya ada tiga. (1) Protes dengan melakukan tindakan yang tak kalah menyebalkan. (2) Keluar dan pergi jauh-jauh dari wisma kos ini dan mencari tempat  yang lebih baik. (3) Tidak peduli dan tetap bertahan dengan mengupayakan yang terbaik yang bisa dilakukan untuk diri sendiri dan tetap menjaga nama baik kos ketika di luar sambil terus berdoa semoga datang pengelola baru yang tidak menginginkan apa-apa kecuali kami semua sejahtera.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun