Mohon tunggu...
Putri Ayu
Putri Ayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sending positive energy to all for you. Have a nice day!!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Manajamen Risiko dalam Mengendalikan Dampak Covid-19 bagi Perusahaan

18 September 2021   06:00 Diperbarui: 18 September 2021   11:58 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Coronavirus disease (Covid-19) mengguncang dunia. Kejadian besar yang dipicu penyakit menular ini di luar prediksi banyak kalangan. Bahkan kalangan praktisi dan ahli bidang manajemen risiko. Para chief risk officer (CRO) dan manajer risiko banyak yang melewatkan risiko pandemi ini menjadi risiko yang perlu diwaspadai pada tahun ini.

Hingga awal 2020, banyak yang tidak menduga bahwa Covid-19 ini akan berdampak semasif ini. Awalnya diperkirakan hanya sektor tertentu yang terdampak, seperti sektor penunjang pariwisata. Kini seluruh sektor terdampak, bahkan menyentuh cara beribadah dan berkehidupan sosial.

Banyak yang beranggapan bahwa pandemi COVID-19 ini adalah krisis yang relatif tidak terduga. Pandemi ini disetarakan dengan fenomena angsa hitam atau black swan. Fenomena black swan dipopulerkan oleh Nassim Nicholas Taleb, seorang penulis dan ahli matematika Amerika Serikat kelahiran Lebanon dalam bukunya Black Swan di tahun 2007. Black swan adalah istilah kepada kejadian yang muncul secara mengejutkan, besar pengaruhnya, dan meskipun tidak disangka-sangka, dapat dijelaskan penyebabnya setelah terjadi.

Manajemen Kelangsungan Bisnis Covid-19 yang telah menjadi pandemi global, bukan lagi sebagai risiko. Covid-19 menjadi problem perusahaan. Bagi perusahaan dengan level maturitas manajemen risiko rendah atau belum punya manajemen kelangsungan bisnis (business continuity management/BCM), pada umumnya kurang terstruktur dalam merespon Covid-19. Perusahaan yang memiliki BCM tentu sudah melakukan business impact analysis. Sudah memiliki proses bisnis kritikal yang harus tetap dijalankan perusahaan di tengah bencana. Perusahaan dituntut tetap mampu memberikan layanan standar minimum kepada pemangku kepentingannya di tengah work from home atau pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Mitigasi Risiko Lanjutan Mempertahankan operasional proses bisnis kritikal saat ini sedang berjalan. Bagi yang sudah menerapkan manajemen risiko, pada umumnya telah melakukan identifikasi jenis risiko, metode pengukuran/evaluasi beserta pengendalian dan mitigasinya. Dampak Covid-19 bisa diklasifikasikan ke dalam jenis risiko relevan, misalnya pada risiko strategi, risiko operasional, risiko kredit, bahkan hingga risiko kepatuhan. Apa pun standar manajemen risiko yang digunakan, fokus utama perusahaan adalah meminimalisasi deviasi sasaran. Untuk mengendalikan dampak Covid-19 secara efektif, ada beberapa langkah yang perlu dilakukan perusahaan. 

Pertama, melakukan analisis dampak langsung dan mitigasi dampak dari merebaknya Covid-19. Termasuk dampak kebijakan WFH, social distancing, dan PSBB. Fase ini seharusnya sudah dilakukan oleh perusahaan. 

Kedua, melakukan identifikasi potensi risiko lanjutan dalam jangka panjang sekaligus membuat rencana mitigasinya secara holistik. Ini perlu dilakukan untuk memastikan ketahanan perusahaan ke depan. Perusahaan akan siap dari berbagai kemungkinan dampak yang belum terjadi. Mitigasinya bisa teknis atau bahkan strategis (khususnya untuk antisipasi jangka panjang). 

Ketiga, BCM adalah keharusan. Bagi yang belum punya BCM, masih ada waktu untuk membuatnya. Melalui BCM, perusahaan akan memiliki resilience lebih baik, khususnya untuk merespons kejadian yang bersifat black swan. 

Keempat, menghadirkan kepemimpinan dan komunikasi yang efektif. Dalam situasi krisis, peran pemimpin sangat krusial. Perannya tak hanya sekadar memberikan arahan atau memandu, tetapi lebih dari itu, yakni menguatkan moral tim. Sementara itu, komunikasi menjadi bagian inheren dari setiap proses manajemen risiko (ISO 31000:2018). Tiap tahapan membutuhkan komunikasi efektif, baik secara vertikal maupun horizontal dalam perusahaan. Komunikasi ke stakeholders eksternal memegang peran penting, khususnya untuk memberi gambaran tentang kondisi dan ketahanan perusahaan, termasuk dalam pengendalian risiko reputasi. 

Membangun Budaya Risiko Terlepas dari debat apakah Covid-19 adalah black swan atau bukan, cara pandang dan mengelola risiko perlu diperbarui. Organisasi tidak cukup hanya memiliki standar, struktur, dan personel manajemen risiko. Membangun budaya risiko (risk culture) jauh lebih penting. Melalui budaya risiko, organisasi akan selalu siap menghadapi risiko karena proses pengambilan keputusan organisasi telah menimbang unsur risiko dan melekatkan manajemen risiko dalam operasi organisasi (RMA, 2013). Paradigma manajemen risiko yang melekat dalam proses organisasi menjadikan organisasi memiliki daya tahan terhadap setiap risk event dan mengurangi dampaknya. Organisasi akan lebih tanggap pada bencana, termasuk yang bersifat black swan. Lebih dari itu, budaya risiko tak hanya untuk mereduksi dampak negatif, tetapi bisa digunakan untuk mengelola peluang untuk mencapai keunggulan kompetitif (Hillson, 1997).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun