Mohon tunggu...
Putri Dewi Anggraini
Putri Dewi Anggraini Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa aktif Universitas Islam Negeri Salatiga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Fakta-Fakta Terkait Cak Nur (Nurcholish Madjid)

30 April 2025   23:26 Diperbarui: 2 Mei 2025   13:08 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://timesindonesia.co.id/peristiwa-daerah/449175/kisah-keteladanan-cak-nur-soal-kemanusiaan-dan-toleransi

Latar Belakang dan Pendidikan


Nurcholish Madjid, lebih dikenal dengan panggilan Cak Nur, adalah salah satu tokoh pembaharuan pemikiran Islam paling berpengaruh di Indonesia. Cak Nur lahir pada 17 Maret 1939 di Dusun Mojoanyar, Jombang, Jawa Timur, dari keluarga NU dan kiai terpandang. Ayahnya, KH. Abdul Madjid, adalah pendukung Masyumi, sementara ibunya berasal dari keluarga ulama di Kediri. Ia mengenyam pendidikan di berbagai pesantren ternama, seperti Pesantren Darul Ulum Rejoso Jombang  kemudian pindah ke Pesantren Gontor Ponorogo, lalu melanjutkan studi di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan meraih gelar Ph.D di University of Chicago, Amerika Serikat, dengan disertasi tentang filsafat dan kalam Ibnu Taimiyah.


Di Pondok Modern Gontor, Cak Nur menemukan lingkungan pendidikan yang lebih kondusif dan modern, yang membantunya membentuk pola pikir dan intelektualnya. Pengalaman di Gontor sangat berpengaruh pada perkembangan intelektual Cak Nur, dan dia menghabiskan waktu lima tahun di sana, dari usia 16 hingga 21 tahun, sebelum melanjutkan studinya ke IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


Keaktifan beliau di bidang politik sudah terlihat ketika beliau menjadi aktivis di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal ini dibuktikan bahwa beliau menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) selama dua periode, satu-satunya dalam sejarah organisasi tersebut. Ia merumuskan Nilai Dasar Perjuangan (NDP) HMI yang menjadi landasan ideologis organisasi tersebut. Pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Penasihat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia, menjadi Rektor Universitas Paramadina hingga wafatnya.

 
Pemikiran dan Kontroversi


Cak Nur dikenal sebagai penggagas pluralisme dan pembaruan pemikiran Islam di Indonesia. Ia menekankan pentingnya kebebasan beragama dan pluralisme sebagai bagian dari hak asasi manusia. Salah satu gagasannya yang paling terkenal dan kontroversial adalah "Islam Yes, Partai Islam No", yang menolak sakralisasi partai politik Islam dan mendorong gerakan Islam kultural, bukan sekadar politik praktis. Ia sering mengutarakan gagasan-gagasan yang dianggap kontroversial, seperti sekularisasi dan pluralisme, yang menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat Islam Indonesia, terutama kelompok konservatif.

Gagasan pemikiran Cak Nur berfokus pada pembaruan pemikiran Islam dan moderasi beragama. Berikut beberapa poin penting dari gagasannya:

  • Pembaruan Pemikiran Islam: Cak Nur menekankan pentingnya melakukan pembaruan pemikiran Islam melalui "idea of progress" dan sikap terbuka. Idea of progress adalah kepercayaan akan masa depan dalam sejarah dan tidak perlu khawatir akan perubahan-perubahan tata-nilai yang berlaku pada masyarakat.
  • Sikap Terbuka: Cak Nur menganggap sikap terbuka sebagai tanda bahwa seseorang memperoleh petunjuk dari Allah, sedangkan sikap tertutup merupakan tanda kesesatan. Ia mendorong umat Islam untuk berpikir bebas dan menerima nilai-nilai dari mana pun sumbernya, asalkan mengandung kebenaran.
  • Sekularisasi: Cak Nur memahami sekularisasi sebagai proses pembebasan dan penyadaran umat Islam terhadap hal yang transendental dari nilai-nilai Islam. Ia tidak melihat sekularisasi sebagai penerapan sekularisme, tetapi sebagai upaya untuk memisahkan antara nilai-nilai sakral dan profan.
  • Pluralisme: Cak Nur juga menekankan pentingnya pluralisme dan keterbukaan ajaran Islam di Indonesia. Ia berpendapat bahwa pluralisme adalah hukum Tuhan dan kemajemukan umat manusia adalah kehendak Tuhan.
  • Modernitas: Cak Nur melihat modernitas sebagai konsekuensi logis dari paham tauhid Islam. Ia mendorong umat Islam untuk tidak menolak modernitas, tetapi untuk menggunakan sarana yang ditawarkan oleh modernitas secara bijak.
  • Kebebasan Ruhani: Cak Nur juga menekankan pentingnya kebebasan ruhani dan penghayatan tentang makna dan tujuan hidup. Ia mendorong umat Islam untuk melakukan pembersihan ruhani dan mengendalikan nafsu duniawi.

Dengan gagasannya, Cak Nur ingin menempatkan Islam pada ketinggiannya sehingga menjadi sumber pencerahan bagi bangsa Indonesia. Ia ingin mencegah politisasi agama dan mendorong umat Islam untuk berpikir bebas dan terbuka.

Peran dalam Reformasi

Pada masa krisis 1998, Cak Nur menjadi salah satu tokoh yang dimintai nasihat oleh Presiden Soeharto. Atas sarannya, Soeharto akhirnya mengundurkan diri demi menghindari gejolak politik yang lebih parah. Ia juga menjadi pendiri Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, yang fokus pada tata kelola pemerintahan yang baik di Indonesia. Cak Nur, atau Nurcholish Madjid, memainkan peran penting dalam reformasi Indonesia pada tahun 1998. Berikut beberapa kontribusinya:

  • Kritik terhadap kebijakan Soeharto: Cak Nur mengkritisi kebijakan Presiden Soeharto melalui berbagai medium, yang membantu memicu kesadaran masyarakat akan perlunya perubahan.
  • Perundingan untuk transisi kekuasaan: Cak Nur terlibat dalam perundingan untuk memastikan transisi kekuasaan yang damai dan tidak merugikan Indonesia. Ia bahkan dipanggil oleh Soeharto ke istana untuk meminta masukan dari berbagai tokoh, termasuk dirinya.
  • Penolakan terhadap politisasi agama: Cak Nur ingin mencegah politisasi agama dengan mengusung gagasan "Islam Yes, Partai Islam No". Ini menunjukkan upayanya untuk menempatkan Islam sebagai sumber pencerahan bagi bangsa Indonesia, bukan sebagai instrumen politik untuk meraih kekuasaan.
  • Pengembangan demokrasi dan pluralisme: Cak Nur berperan dalam mengembangkan demokrasi dan pluralisme di Indonesia. Ia menekankan pentingnya titik kesamaan untuk kerukunan berbangsa dan bernegara, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, dan mendukung nilai-nilai dasar Pancasila.
  • Kontribusi intelektual: Sebagai seorang intelektual, Cak Nur memberikan kontribusi signifikan melalui karya-karyanya yang membahas tentang modernitas, sekularisasi, dan pluralisme. Ia ingin menempatkan Islam pada ketinggiannya sehingga menjadi sumber pencerahan bagi bangsa Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun