Di warung kopi, suara debat soal timnas lebih panas dari airnya.
Semua orang jadi pelatih dadakan, padahal bola aja belum tentu bisa disepak lurus.
Tapi begitulah kita, orang Indonesia  kalau timnas kalah, yang paling ramai justru bukan stadion, tapi kolom komentar.
---
Rabu sore ini, obrolan di warung kopi sampai grup WhatsApp keluarga isinya cuma satu: timnas Indonesia kalah lagi.
Ada yang maki pelatih, ada yang salahin pemain, dan ada juga yang tiba-tiba jadi analis taktik padahal tadi sore masih main Mobile Legends.
Padahal, kalau dipikir-pikir, yang paling rajin latihan cuma jempol kita, bukan pemainnya.
Kekalahan timnas kali ini seperti deja vu --- dari dulu sampai sekarang, kita selalu punya satu kebiasaan: mencari kambing hitam, bukan jalan keluar.
---
Di Warung Kopi Desa
Kalau aku jadi pelatih, udah aku ganti tuh formasi,kata Bang Manat sambil nyeruput kopi hitam.
Kalau aku jadi menteri olahraga, udah aku pecat semua tuh pemain,sambung Ucok.
Tapi waktu disuruh gotong royong bersihin lapangan voli kampung, semuanya ngilang entah ke mana.
Begitulah kita, kadang semangatnya luar biasa, tapi cuma di mulut.
---