Di negeri yang katanya kaya sumber daya, mencari kerja terasa seperti mencari jarum di tumpukan janji.
Ijazah sudah ada, semangat masih menyala, tapi pintu-pintu rezeki seolah hanya terbuka untuk mereka yang "punya koneksi."
Sementara rakyat kecil hanya bisa menatap langit malam  berharap besok ada panggilan kerja, bukan penolakan lagi.
---
Setiap pagi jalanan penuh orang berangkat kerja, tapi di rumah rumah kecil pinggir kota, ada jutaan yang masih menatap langit berharap panggilan interview yang tak kunjung datang.
---
Realita yang Tak Bisa Disembunyikan
Di setiap warung kopi, di setiap kursi plastik pinggir jalan, cerita yang keluar selalu sama: Susah kali cari kerja sekarang, Bang.
Ijazah sudah di tangan, pengalaman ada, tapi lowongan makin sedikit.
Bahkan untuk posisi yang gajinya tak seberapa, pelamarnya bisa ratusan.
Lucunya, di berita televisi atau pidato pejabat, angka pengangguran katanya menurun.
Tapi di dunia nyata, grup WhatsApp penuh curhatan soal lamaran yang tak dibalas dan link lowongan yang ternyata palsu.
---
Ketika Ijazah Tak Lagi Jadi Jalan Keluar
Dulu, orang tua berpesan: