Mohon tunggu...
Zulkarnain Putra
Zulkarnain Putra Mohon Tunggu... Supir - Hnmmm

Sometime you gotta run before you can walk

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Maraknya Fenomena Ekploitasi Anak di Bawah Umur sebagai Alat untuk Mengamen dan Mengemis

12 Desember 2019   14:40 Diperbarui: 12 Desember 2019   14:51 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Di Indonesia terutama di daerah kota-kota besar sering sekali kita menemukan atau menjumpai orang tua yang tega mengajak putri dan putranya untuk mengamen bahkan untuk mengemis, yang lebih mirisnya lagi anak tersebut di suruh untuk ikut menari,bernyanyi dan bahkan meminta-minta, dengan maksud menjadikan anak tersebut sebagai alat atau perantara. Tujuannya agar menarik suatu simpati masyarakat sehingga masyarakat dapat bersimpati dan mau mengasihani anak tersebut.

Tidak sedikit orang tua yang bahkan merelakan memberhentikan tingkat pendidikan seorang anak dan memilih untuk megikut sertakan mereka dalam pekerjaan pengamen dan pengemis.

fenomena ini sangatlah marak dan banyak sekali kita jumpai baik di perkotaan ataupun perdesaan yang biasanya dilakukan di persimpangan jalan atau bahkan tempat-tempat umum seperti halnya pasar-pasar atau tempat makan restoran.

kondisi tersebut biasanya diakibatkan karena kurangnya faktor ekonomi dari keluarga tersebut, kurangnya kepedulian dari seseorang terhadap hak perlindungan anak, kemudian juga kurangnya lapangan pekerjaan yang ada serta tidak memilikinya pekerjaan bagi orang tua tersebut.

Salah satu contoh dari fenomena ini yang telah dijumpai adalah orang tua yang memiliki inisial "p" di daerah Yogyakarta yang mengajak anaknya yang berusia 8 tahun untuk mengemis di daerah pasar pagi sunmore.

si "p" tersebut  mengajak anaknya dengan alasan karena faktor ekonomi keluarga agar memenuhi kebutuhan hidup.

Mbak "p" mengajak anaknya untuk mengemis dari jam 06.30 mulai dari pasar yang paling ujung sampai yang paling belakang, sebenarnya tidak ada keinginan melibatkan anaknya untuk mengemis, tetapi mbak "p" tersebut mengaku merasa terpaksa kemudian juga dengan adanya seorang anak akan lebih menekankan maasyarakat agar lebih bersimpati sehingga masyarakat lebih mudah memberikan sedikit rejekinya.

Penulis berharap kepada pemerintah dapat lebih memandang kasus seperti ini dan agar juga memberikan suatu solusi atau langkah, seperti contohnya memberikan kursus gratis bagi pengamen dan pengemis serta sejenisnya sehingga kasus seperti mbak "p" tersebut terminimalisir

Dalam hakikat hukum yang berlaku di negara ini sangatlah tidak menganjurkan hal tersebut untuk dipraktekan karena fenomena tersebut sangatlah melenceng dari hakikat perlindungan anak. Sementara kita tahu banyak sekali kasus-kasus yang sudah terdengar yang masih berkaitan dengan hal ini.

Seperti yang baru-baru ini adalah kasus dimana 3 orang tua tega memaksa anaknya untuk mengament di daerah malang batu, kemudian fitri si anak yang diberhentikan sekolahnya untuk mencari uang dengan mengament dan masih banyak lagi kasus-kasus yang mirip tersebut.

menanggapi kondisi tersebut ketua umum komisi nasional perlindungan anak (KOMNAS PA) mengecam ekploitasi anak yang dilakukan orang tua atau sindikat untuk mencari keuntungan semata, ia mengatakan tentang pelaku ekploitasi tersebut dapat dikenai sanksi pidana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun