Mohon tunggu...
Puti Marwa Nur Hidayah
Puti Marwa Nur Hidayah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ilmu Ekonomi Syariah IPB University

Selanjutnya

Tutup

Trip

Pariwisata Ramah Muslim di Indonesia: Antara Ekonomi dan Kebudayaan

16 Maret 2024   10:41 Diperbarui: 16 Maret 2024   14:50 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, sehingga sektor pariwisata diharapkan dapat membuka potensi ceruk pasar baru dengan menggabungkan konsep pariwisata dan nilai-nilai Islam. Dengan potensi yang dimiliki Indonesia, seharusnya Indonesia dapat memanfaatkannya untuk mengembangkan muslim friendly tourism. Indonesia mempunyai reputasi yang baik sebagai negara demokratis dan toleran beragama.

Pada tahun 2016, perekonomian global mencatat pertumbuhan lebih lanjut sehingga mendorong permintaan dari industri pariwisata. Indonesia juga mengalami peningkatan pariwisata, dari 9,3 juta pada tahun 2014 menjadi 10,4 juta pada tahun 2015 (meningkat sebesar 2,9%), dan pada tahun 2016 berhasil menjangkau 12 juta wisatawan asing. 

Dalam data yang dirilis Global Islamic Economy 2019, Indonesia dan Malaysia menduduki peringkat pertama dunia sebagai negara dengan potensi wisata ramah muslim terbesar. Indonesia disebut-sebut memiliki dua keunggulan dalam bidang pariwisata ramah muslim, yaitu dari segi komunikasi seperti publikasi dan promosi, dan yang kedua dari segi pelayanan. Oleh karena itu, Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional) telah merencanakan pengembangan sektor pariwisata dengan menjaga arah pembangunan yang runtut hingga tahun 2025 berupa pengembangan pariwisata untuk merangsang kegiatan perekonomian dan meningkatkan citra dan budaya Indonesia.

Muslim friendly tourism umumnya terkenal dengan wisata religi, seperti masjid maupun makam wali. Namun, yang harus diketahui masyarakat lokal maupun mancanegara adalah destinasi wisata yang memperlihatkan keindahan pesona alam dan tempat bersejarah juga dapat berpotensi sebagai wisata ramah muslim, selama di dalamnya sesuai dan tidak melanggar syariat-syariat islam. Contoh destinasi pariwisata ramah muslim; Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan (DKI Jakarta), Keraton Kesultanan Yogyakarta (DIY Yogyakarta), Candi Borobudur (Magelang, Jawa Tengah), Mandalika (Lombok, NTB), dan Likupang (Minahasa Utara, Sulawesi Utara).

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno mengatakan, pihaknya fokus meningkatkan rating Indonesia dalam pengembangan wisata khas, termasuk wisata masjid muslim. Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif akan memberikan layanan tambahan atau pengalaman layanan bagi wisatawan, antara lain paket halal, makanan halal, hotel halal, pembiayaan halal, dan transportasi halal. 

Untuk mencapai terjaganya menjaga keseimbangan antara aspek ekonomi dan kebudayaan, maka dibutuhkannya strategi dari pengelola wisata maupun pemerintah. Strategi yang digunakan dalam pengembangan pariwisata ramah Muslim di Indonesia diantaranya; Mempelajari daya tarik suatu tempat (peninggalan sejarah dan budaya serta menyajikannya dalam bentuk daya tarik wisata yang unik dan berbeda), Eksplorasi lebih lanjut terkait pelestarian dan fasilitas wisata yang memiliki keunggulan kompetitif (penciptaan produk unik) yang membedakannya dari pesaing, Mengupayakan peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana pendukung dalam hal aksesibilitas (kemudahan akses menuju tempat wisata) dan pelayanan.

Pariwisata ramah muslim di Indonesia tidak hanya memberikan dampak ekonomi yang besar tetapi juga menjaga dan melestarikan kekayaan budaya bangsa ini. Dengan terus meningkatkan fasilitas dan layanan yang mengakomodasi keperluan para wisatawan. Indonesia dapat meningkatkan daya tarik pariwisata secara global sambil tetap mempertahankan ciri khas dan kekayaan budayanya yang unik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun