Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang paling sering terjadi di dunia dan menjadi faktor risiko kematian. Hipertensi bertanggung jawab terhadap 45% kematian akibat penyakit jantung dan 51% kematian akibat stroke. Di Indonesia prevalensi hipertensi mencapai 28,5% pada tahun 2013 dan meningkat menjadi 34,11% pada tahun 2018. Bila dilihat berdasarkan kelompok usia, persentase hipertensi adalah sebagai berikut : untuk kelompok usia 18 – 24 tahun sebesar 13,2%; usia 34 – 44 tahun 31,6%; usia 45 – 54 tahun 45,3%; usia 55 – 64 tahun 55,2%; usia 65-74 tahun 63,2%, dan untuk kelompok usia di atas 75 tahun mencapai 69,5%. Tingginya prevalensi hipertensi di kalangan usia produktif disebabkan oleh gaya hidup dan pola hidup yang tidak sehat. Gaya hidup merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat.Â
Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) Dr. Ade Meidian Ambari dalam podcast yang disiarkan melalui channel youtube dr. Tirta menyampaikan  bahwa gaya hidup tidak sehat, seperti kurangnya aktivitas fisik, kebiasaan merokok, stres, serta pola makan yang tidak seimbang, seperti konsumsi kalori, lemak jenuh, dan garam, dapat meningkatkan risiko hipertensi.
Dr. Ade juga menambahkan bahwa klasifikasi hipertensi yang mengacu pada klasifikasi Eropa tahun 2024, yaitu :
- Normal : tekanan darah sistolik < 120 mmHg dan diastolik < 80 mmHgÂ
- Elevated : tekanan darah sistolik 120-129 mmHg dan diatolik < 80 mmHgÂ
- High blood pressure-stage 1 : tekanan darah sistolik 130-139 mmHg dan diastolik 80 89 mmHg
- High blood pressure-stage 2 : tekanan darah sistolik ≤ 140 mmHg dan diastolic ≤ 90 mmHgÂ
- Hypertensive crisis : tekanan darah sistolik < 180 mmHg dan diastolic < 120 mmH
Risiko hipertensi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor yang tidak dapat diubah meliputi usia, jenis kelamin, ras atau etnis, serta faktor genetik. Di sisi lain, faktor yang dapat diubah mencakup kelebihan berat badan atau obesitas, konsumsi garam yang berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, konsumsi alkohol yang berlebihan, efek samping dari obat-obatan, kebiasaan merokok, kadar gula yang tinggi atau diabetes, gangguan fungsi ginjal, dan lain-lain. Â
Deteksi awal hipertensi disarankan bagi setiap individu yang berusia 15 tahun ke atas, dengan tujuan untuk mengidentifikasi faktor risiko secara lebih awal serta mengatasi meningkatnya kasus hipertensi dikalangan usia muda. Program yang diluncurkan oleh Kementerian Kesehatan mencakup pemeriksaan tekanan darah setidaknya sekali dalam setahun untuk kelompok usia 15 tahun, kelompok usia produktif, dan kelompok lansia. Apabila hipertensi telah terdeteksi atau terdapat faktor risiko hipertensi, maka pemeriksaan tekanan darah akan dilakukan lebih dari satu kali dalam setahun.Â
Untuk mencegah hipertensi, sangat penting untuk menjalani gaya hidup yang sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi yang seimbang, melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari, serta cukup beristirahat. Dengan langkah-langkah tersebut, kita dapat mencegah dan mengendalikan hipertensi sebelum komplikasi yang lebih serius muncul.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI