Mohon tunggu...
Purwanto Siagian
Purwanto Siagian Mohon Tunggu... Freelancer - Bekerja sesuai naluri

Motto: He hath make all things beautiful in its time. Jika Dia sdh membuka jalan, tidak seorangpun bisa menghalanginya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sri Mulyani Terusik dengan Nadiem

29 Oktober 2019   23:23 Diperbarui: 29 Oktober 2019   23:39 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasar Menyambut Positif, Sri Mulyani. Kompas.com

Sri Mulyani Terusik di Pelantikan Menteri dengan hadirnya Nadiem.Mungkin tidak banyak yang tau, ketika Pak Jokowi melantik Para Menterinya, Rabu 23 Okt 2019. Menteri Keuangan, Ibu Sri Mulyani merasa sangat terusik dengan kehadiran Nadiem Makarim disampingnya.

Nadiem Makarim yang didaulat Presiden Jokowi untuk menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan masa jabatan 5 tahun kedepan 2019-2024, membuat seorang Menteri se-kaliber Sri Mulyani terusik.

"Bagaimana tidak?"

Usia Nadiem saat ini terpaut jauh dengan Ibu Sri Mulyani. Nadiem 35 tahun, dan Sri Mulyani 57 tahun. Terpaut 22 tahun, idealnya Nadiem adalah anak nya Sri Mulyani jika dilihat dari umurnya.

Namun saat ini harus berdiri sejajar dengannya dalam jabatan publik sekaligus jabatan prestise setingkat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, lebih lagi Nadiem mengelola dan dipercayakan mengendalikan aliran dan alokasi dana terbesar dalam APBN.

Sri Mulyani merasa tua, sekaligus tertantang untuk berubah disamling Nadiem. Melihat dinamika dunia yang sangat moveable, perubahan yang sangat cepat. "You better change", kalau gak akan punah, demikian ucapannya. 

Perubahan memang menjadi hal yang terjadi secara konsisten. Dinamika dunia tidak bisa menahan percepatan arus perubahan. Masuk dalam semua lini dan memaksakan kondisi itu terjadi dalam suatu peradaban. Tidak bisa lagi menghindari itu, jaman berubah secara radikal.

Kita memang harus siap menghadapi arus kompetisi yang semakin terasa hawanya. Para jobseekers misalnya, masih sangat belia, di umur yang masih 22 tahun saja sudah memegang title S1, bahkan 24 tahun sudah S2. Demikian seterusnya. Kemampuan soft skill dan hard skill juga tidak kalah dengan para senior yang sudah menduduki jabatan-jabatan managerial di berbagai perusahaan.

Yang lebih membuat miris adalah, salary entering point nya. Mereka bersedia dibayar UMR dengan semua capability itu. Walaupun demikian, perusahaan harus pula menyiapkan success and carrier path. Kalau tidak semua asset itu hilang sekejap. Para head hunter nanar menawarkan posisi dan paket yang lebih menggiurkan.

Demikianlah kondisinya sekarang. Yang muda tampil lebih bersahaja, dengan tenaga yang masih penuh, lebih segar, lebih enerjik, akan tampil jauh lebih produktif.

Pertanyaanya sekarang adalah: "Bagaimana dengan mental mereka?". Nadiem Makarim tepat duduk disitu, memikirkan tentang eksekusi kurikulum tepat sasaran untuk menjawab tantangan perubahan saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun