Mohon tunggu...
Purwanti Asih Anna Levi
Purwanti Asih Anna Levi Mohon Tunggu... Sekretaris - Seorang perempuan yang suka menulis :)

Lulusan Program Magister Lingkungan dan Perkotaan (PMLP) UNIKA Soegijapranata Semarang dan sedang belajar menulis yang baik :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

ESTO, Bus Legendaris Salatiga

2 Februari 2015   23:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:56 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Orang Salatiga atau orang yang pernah tinggal di Salatiga bisa dipastikan tahu bus ESTO atau malah pernah menikmati layanannya. Begitu terkenalnya bus ESTO bahkan bisa dikatakan seperti identik dengan Salatiga. Jika ingat Salatiga, maka akan ingat bus ESTO atau ingat segarnya soto garasi ESTO, duh jadi ngences nih (*walahh kepriben mbokayune kok jadi ngomongin kuliner yah, oot nih)...

OK, kembali ke topik.

ESTO merupakan perusahaan otobus legendaris di Salatiga yang telah berdiri sejak jaman penjajahan Belanda dan hingga sekarang masih bertahan.

Cikal bakal ESTO adalah perusahaan transportasi pertama di Salatiga yang didirikan pada 1921 oleh Kwa Tjwan Ing. Nama ESTO diberikan pada tahun 1923. ESTO merupakan singkatan dari Eerste Salatigasche Transport Onderneming (Perusahaan Transportasi Pertama Salatiga).

[caption id="attachment_349095" align="aligncenter" width="300" caption="(dok.Eddy van de Wal)"][/caption]

Bus ESTO beroperasi sejak 1921 diawali dengan menggunakan armada bus kecil yang melayani rute Salatiga-Bringin dan Salatiga-Tuntang. Pada masa itu Bringin dan Tuntang merupakan ibukota kecamatan yang cukup ramai karena memiliki stasiun kereta api yang menghubungkannya dengan kota-kota lain seperti Semarang, Purwodadi, Ambarawa, Secang, Kedungjati dsb. Sedangkan Salatiga tidak memiliki jalur kereta api, sehingga masyarakat Salatiga yang ingin bepergian dengan kereta api harus pergi ke stasiun terdekat yaitu Tuntang atau Bringin. Bus ESTO mungkin bisa dikategorikan sebagai angkutan pengumpan yang mengantar penumpang ke angkutan massal berikutnya.

[caption id="attachment_349097" align="aligncenter" width="300" caption="(dok.Eddy van de Wal)"]

14228650521932300749
14228650521932300749
[/caption]

Generasi pertama bus ESTO hanya berkapasitas sekitar 18 hingga 20 penumpang. Tempat duduknya dibagi dua. Bagian tempat duduk di depan diberi jok bagus, khusus untuk orang Belanda. Sementara tempat duduk di bagian belakang menghadap ke belakang dan dibuat dari rotan, diperuntukkan bagi orang-orang pribumi. Karena fasilitasnya lain maka ongkosnyapun berbeda. Pada masa itu masih terlihat jelas diskriminasi terhadap orang-orang pribumi.

Tahun 1930 Kwa Tjwan Ing mewariskan perusahaan ESTO ini kepada putranya, Kwa Hong Po (Winata Budi Dharma). Di masa ini bus ESTO berkembang pesat dan melayani rute Semarang, Solo, Magelang Sragen, Purworejo, Kutoarjo, Kendal, Kudus, dan Pati. Namun akibat krisis ekonomi global yang terjadi tahun 1930-an bus ESTO mengalami kesulitan keuangan sehingga banyak armadanya yang dijual untuk membayar hutang. Karena armadanya tinggal beberapa saja maka sebagai konsekuanesinya bus ESTO hanya dapat melayani rute Bringin, Suruh, Ambarawa, dan Tuntang saja.

Setelah melewati berbagai krisis selama beberapa dekade, sekarang bus ESTO masih bisa bertahan, tetapi hanya mampu melayani rute Salatiga-Ambarawa saja. Nampaknya sang pemilik tidak berencana lagi untuk mengembangkan bus ESTO, mungkin beliau hanya sekedar berusaha mempertahankan sejarah. Namun demikian walau bagaimanapun upaya beliau tersebut tetap patut kita apresiasi.

[caption id="attachment_349099" align="aligncenter" width="300" caption="(dok.salatiga.nl)"]

14228652361151982942
14228652361151982942
[/caption]

Selain bus ESTO yang legendaris, sejarah mencatat beberapa perusahaan otobus tempo dulu di Salatiga antara lain bus ADAM, PICCOLO dan SALAM. Perusahaan-perusahaan otobus tersebut memang sudah tidak ada lagi sejak jaman pendudukan Jepang sehingga jarang diketahui oleh masyarakat sekarang.

Bus ADAM

Pada 1930 di Salatiga berdiri perusahaan otobus ADAM. Bus ADAM beroperasi dengan jenis bus sedang berkapasitas 32 penumpang. Ini merupakan bus pertama yang melayani rute Semarang-Salatiga-Boyolali-Solo pp sejauh kira-kira 100 km. Sayangnya sejak 1942 saat masa pendudukan Jepang bus ini tidak beroperasi lagi.

[caption id="attachment_349100" align="aligncenter" width="300" caption="(dok.salatiga.nl)"]

14228653921262708698
14228653921262708698
[/caption]

[caption id="attachment_349101" align="aligncenter" width="300" caption="(dok.salatiga.nl)"]

14228654861781153861
14228654861781153861
[/caption]

Bus PICCOLO

Sejak 1935 ada perusahaan bus lain yang aktif yang bernama PICCOLO. Bus ini mencoba untuk bersaing dengan bus ADAM dengan layanan rute yang sama dengan bus ADAM. Bus PICCOLO menggunakan jenis bus kecil berkapasitas 20 penumpang. Namun nampaknya bus PICCOLO tidak mampu bertahan dalam persaingan akibat sering terlibat dalam kecelakaan.

Bus SALAM (Salatigasche Autobus Maatschappij)

Pada tahun 1935 juga mulai berdiri sebuah perusahaan otobus SALAM. Bus ini melayani rute Salatiga-Tingkir-Suruh. Keberadaan bus ini sangat membantu masyarakat daerah Tingkir dan Suruh terutama petani kecil yang akan membawa hasil pertaniannya untuk dijual ke pasar Salatiga. Namun pada masa pendudukan Jepang bus ini juga berhenti beroperasi.

Sumber:

Eddy van de Wal, http://www.salatiga.nl

Agus Wilopo, http://aguswilopo.blogspot.com

Bis Mania, www.bismania.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun