Mohon tunggu...
Puput DwiAna
Puput DwiAna Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Negeri Malang

ESTJ-T

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Tulungagung Rayakan Idul Fitri dengan Takbir Keliling, Mercon Kampung, dan Tradisi Kupatan

17 Mei 2025   22:10 Diperbarui: 17 Mei 2025   22:10 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebaran di Tulungagung: Saat Tradisi dan Kekeluargaan Menyatu---Lebaran di Tulungagung bukan sekadar momen keagamaan, tetapi juga ruang ekspresi budaya dan kebersamaan yang begitu kental terasa. Dari malam takbiran yang meriah, dentuman mercon khas kampung, hingga tradisi kupatan yang sarat akan makna, seluruh rangkaian perayaan Hari Raya Idul Fitri di Tulungagung menjadi cerminan kuatnya nilai-nilai lokal yang terus hidup di tengah masyarakat. 

Takbir Keliling: Suara Kemenangan yang Menggema di Malam Lebaran

Malam takbiran di Tulungagung selalu menjadi momen yang paling dinanti. Sejak sore hari, warga dari berbagai kalangan berkumpul untuk mengikuti takbir keliling, tradisi turun-temurun yang dilestarikan dengan penuh semangat. Dahulu, obor menjadi simbol utama dalam pawai ini, namun kini banyak warga yang memodifikasinya dengan sound system besar yang dipasang di atas mobil bak terbuka atau truk, menciptakan suasana yang riuh dan penuh sukacita.

Namun, pergeseran gaya ini juga membawa tantangan baru. Penggunaan alat pengeras suara berkapasitas besar dan konvoi kendaraan menimbulkan potensi gangguan lalu lintas hingga kecelakaan. Untuk itu, Polres Tulungagung bersama Forkopimda menggelar apel pengamanan dan menempatkan personel di titik-titik strategis. Kapolres Tulungagung, AKBP Muhammad Taat Resdi, menegaskan pentingnya pengamanan agar suasana takbiran tetap kondusif dan aman bagi semua warga.

Walau pemerintah mengimbau agar takbiran dilakukan di masjid atau mushola, tradisi keliling tetap menjadi magnet tersendiri, merekatkan solidaritas warga sekaligus menyambut hari kemenangan dengan suka cita bersama.

Mercon Spirtus dan Mercon Kertas: Tradisi Dentuman yang Jadi Identitas Kampung

Tak hanya takbir keliling, suasana malam lebaran di Tulungagung juga diwarnai dengan tradisi mercon spirtus dan mercon kertas. Mercon spirtus---rakitan berbahan dasar pipa paralon dan spiritus---menghasilkan dentuman keras yang menggema di langit malam. Biasanya dimainkan oleh anak-anak dan remaja di lapangan atau pinggir jalan, mercon ini menciptakan sensasi khas yang tak ditemukan di tempat lain.

Sementara itu, mercon kertas menjadi favorit anak-anak. Dibuat secara manual dari kertas bekas dan bubuk peledak sederhana, mercon ini menghasilkan suara ledakan kecil yang aman namun tetap menghibur. Bahkan, mercon kertas kerap menjadi ajang adu kreativitas, di mana anak-anak berlomba menciptakan suara paling keras atau desain paling unik.

Kendati meriah, pihak berwenang tetap mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati. Potensi bahaya dari mercon rakitan ini tidak bisa disepelekan. Tradisi boleh lestari, tapi keselamatan tetap prioritas.

Kupatan: Simbol Penutup yang Sarat Makna

Setelah euforia malam takbir dan hari lebaran usai, masyarakat Tulungagung melanjutkan tradisi dengan kupatan---sebuah perayaan penutup Idul Fitri yang berlangsung pada 8 Syawal, seminggu setelah lebaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun