Mohon tunggu...
Ina Widyaningsih
Ina Widyaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Staf TU SMPN 3 Pasawahan

Penyair Pinggiran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gadis Piatu yang Ingin Menjadi Pilot

7 Februari 2020   12:44 Diperbarui: 7 Februari 2020   12:56 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siti Fadilah sepulang sekolah. dokpri

Seorang gadis periang dan hitam manis itu menghampiriku dengan sigap ketika namanya dipanggil. "Siti Fadilah" nama lengkapnya yang terdaftar di SMPN 3 Pasawahan tempatku bekerja, namun kesehariannya ia akrab dipanggil "Iti" oleh teman-temannya. 

Siti Fadilah adalah seorang anak piatu, karena sudah setahun ibunya meninggal dunia. Kediamannya tidak terlalu jauh dari sekolah, sekitar kurang lebih 1 kilometer setiap hari ia berjalan kaki berangkat ke sekolah demikian juga ketika pulang ke rumahnya. Desa Cidahu Rt. 03 Rw. 02 Kecamatan Pasawahan Kabupaten Purwakarta, adalah alamat lengkap rumahnya. 

Siang ini kusempatkan mengantarnya pulang, karena rasa penasaranku tentang keadaan keluarganya yang banyak orang mengatakan sebagai keluarga kurang mampu. Di sekolah pun Siti Fadilah mendapatkan dana bantuan PIP bagi siswa dari keluarga kurang mampu. 

Dan tatapanku tiba-tiba menjadi nanar ketika dari kejauhan terlihat sebuah rumah yang nampak menyedihkan bagiku. Tanpa terasa air mata pun menetes ketika melihat pemandangan itu.

Rumah Siti Fadilah dari kejauhan. Dokpri
Rumah Siti Fadilah dari kejauhan. Dokpri
Betapa hati ini bergetar dengan hebat saat kami pun mendekati rumahnya. Kuparkirkan motor di halaman yang tidak begitu luas. "Masya Allah...", gumamku dalam hati sambil mengikuti Siti masuk ke rumahnya.

Dokpri
Dokpri
Sungguh hati ini kembali merasa terguncang, saat kumasuk dan melihat keadaan di dalam rumahnya. "Ya Allah...betapa kerdil diri ini di hadapan-Mu karena keadaanku yang lebih darinya namun tak pandai bersyukur, ampunilah hamba-Mu ini Yaa Rabb...", bisikku dalam hati.

Ruang tamu di rumah Siti Fadilah. Dokpri
Ruang tamu di rumah Siti Fadilah. Dokpri
Pemandangan ini kembali mengharukan, sebuah rumah yang sangat jauh dari kata layak untuk tempat tinggal. Lantai rumah yang hanya diplester dan itu pun sudah agak hancur hingga ditutupi dengan karpet plastik yang sudah usang dan sobek. Kamar tidur yang hanya ada dua dan tak sanggup aku melihatnya.

Namun sepertinya keluarga ini tak pernah banyak mengeluh, terlihat dari keseharian Siti yang ceria di sekolah. Ayahnya, Ahmad Jani yang bekerja sebagai kuli di sawah milik orang lain, nampak dari wajahnya sudah tua namun masih semangat bekerja. Penghasilannya pun hanya mengandalkan dari kuli di sawah tersebut diperolehnya setiap tiga bulan sekali ketika sudah musim panen.

"Berapa penghasilan, bapak?" tanyaku dengan hati-hati. Beliau pun menjawabnya dengan tersenyum, "Cukuplah buat kami makan."

Oh...sungguh jawaban dengan penuh rasa syukur. Dan itu adalah jawaban dari seorang ayah yang memiliki 6 orang anak, Siti Fadilah adalah anak yang kelima. Betapa sulitnya kehidupan mereka di zaman sekarang yang serba mahal biayanya.

Dalam kesederhanaan dan mungkin kekurangan mereka tetap bersyukur dan menjalaninya dengan lapang dada. Dan yang mengagumkan dari seorang Siti Fadilah adalah kecerdasannya. Di sekolah selalu menjadi siswa terbaik dengan ranking pertama di kelasnya. Ia pun aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Paskibra sekolah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun