Mohon tunggu...
Puji Lestari
Puji Lestari Mohon Tunggu... Freelancer - blogger - content writer

JarumJahit.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Teh Kokom, Saya, dan JNE

17 Januari 2022   13:53 Diperbarui: 17 Januari 2022   14:18 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: kreasi pribadi

Persahabatan saya dan Teh Kokom berawal dari sebuah butik online yang berlokasi di Bandung. Waktu itu sang pemilik butik sedang mencari seorang marketing online. Setelah beberapa kali wawancara via video call, lamaran saya pun diterima. Sesuai kesepakatan, saya bekerja secara online dari rumah saya yang berlokasi  di Kota Jogja. Saya lantas dikenalkan dengan tim yang mengelola butik secara offline, salah satunya Teh Kokom. Teh Kokom ini bertugas mencatat pesanan online yang masuk melalui saya, mengemas pesanan dan mengirimkannya melalui ekspedisi.

Pada awalnya, komunikasi dengan Teh Kokom hanya berlangsung via grup Whatsapp yang beranggotakan tim butik saja. Tapi kemudian kami mulai berkomunikasi secara pribadi. Biasanya saling berkeluh kesah tentang pekerjaan masing-masing, kendala-kendala pengiriman dan produksi hingga tentang keluarga. Di sela-selanya, topik-topik khas perempuan seperti masakan dan anak-anak menjadi hiburan kami.

Memulai Usaha Sendiri

Tahun berganti, tak terasa persahabatan jarak jauh kami sudah memasuki tahun yang keempat. Saat itulah dengan berat hati, saya memutuskan untuk mengundurkan diri sebagai marketing online di butik yang mempertemukan saya dan Teh Kokom. Setelah sekian lama, saya pikir sudah waktunya membangun usaha sendiri. Saya ingin punya toko online sendiri.

Hanya beberapa minggu kemudian, Teh Kokom pun mengundurkan diri. Sedikit terkejut sewaktu Teh Kokom mengabarkan keputusannya itu. Ia hanya bilang, ingin beristirahat dan menemani anaknya yang masih kecil.

Nah, setelah beberapa bulan tak bertukar pesan, dua baris pesan masuk via Whatsapp dari Teh Kokom membuat kening saya berkerut.
"Mbak, mau minta tolong. Jualin kursi kesehatan buatan kami. Mbak 'kan pinter jualan online. Ntar saya kasih persenan."

Setelah itu Teh Kokom mengirimkan sederet foto-foto kursi kesehatan buatan mereka.

Pesan itu saya abaikan, saya hanya mengirimkan sticker smile sebagai balasan. Terus terang, saya tak ingin direpotkan lagi dengan memasarkan produk orang lain. Saya ingin fokus membangun toko online milik sendiri meski masih belum membuahkan hasil seperti harapan.

Tapi pesan Whatsapp dari Teh Kokom tak berhenti. Kali ini Teh Kokom bercerita, bahwa suaminya juga telah mengundurkan diri dari tempatnya bekerja karena sesuatu hal.  Kini mereka berdua berada di rumah.

Sependek yang saya tahu, suami Teh Kokom ini bekerja di sebuah bengkel yang memproduksi aneka furnitur dari besi. Karena itu, tak mengejutkan jika suami Teh Kokom bisa memproduksi kursi kesehatan sendiri berbekal pengalaman dari tempatnya bekerja.

Hari-hari berikutnya, pesan Whatsapp dari Teh Kokom mulai mengusik hati kecil saya. Usaha Teh Kokom untuk memasarkan produk kursi kesehatan mereka secara offline di area Bandung tak berjalan baik. Suaminya sementara itu bekerja sebagai ojek online sambil terus berharap ada penjualan dari saya. Padahal saya belum melakukan apapun untuk mereka!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun