Bahkan, jika dibandingkan dengan pembangkit batu bara yang tidak dikenai biaya karbon, energi PLTS Atap ini dianggap masih lebih murah. Karenanya, dengan komponen yang semakin bertambah murah itu, PLTS dalam waktu dekat akan jadi primadona.
Indonesia baru mewujudkan 9,15% bauran EBT dari target 23% bauran EBT pada 2025. Dari sana terlihat masih ada gap cukup besar yang harus dikejar. Salah satu peran besarnya adalah EBT dalam bentuk energi surya. Untuk mengejar itu tidak hanya membangun PLTS rooftop saja, tapi bisa dilakukan di berbagai potensi, misalnya PLTS di lahan bekas tambang atau lahan terbuka lain.
Cita-cita untuk menghadirkan energi masa depan biasanya terkendala oleh biaya dan rumitnya proses pemasangan. Masyarakat sulit untuk melakukannya sendiri. Di sinilah perlunya peran aktif pemerintah untuk menjemput bola. Dengan kerja sama segenap pihak, bauran EBT seperti yang telah direncanakan itu akan tercapai tepat waktu. Langkah panjang itu harus ditempuh untuk mewujudkan energi yang lebih ramah lingkungan.
Puji Handoko