Mohon tunggu...
puji handoko
puji handoko Mohon Tunggu... Editor - laki-laki tulen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hidup untuk menulis, meski kadang-kadang berlaku sebaliknya.

Selanjutnya

Tutup

Nature

PLTS Masa Depan Energi yang Lebih Ramah Lingkungan

18 September 2020   08:27 Diperbarui: 18 September 2020   08:31 431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Listrik adalah energi masa depan. Meskipun hari ini, listrik yang dihasilkan itu sebagian berasal dari pembangkit berbahan bakar fosil. Pembakitan itu memang telah melewati serangkai proses teknologi canggih, namun masih ada sisa polusi yang ditimbulkannya. Oleh sebab itu, dalam rancangan pembangunan pembangkit listrik masa depan, pembangkit listrik jenis Energi Baru dan Terbarukan (EBT) menjadi prioritas utama.

Matahari adalah salah satu sumber EBT, namun proses dan penyediaan komponen pembangkitannya masih menjadi kendala bagi banyak orang. Dibutuhkan bantuan dari pemerintah untuk menjembatani terwujudnya pembangkitan tenaga matahari skala kecil di masyarakat.

Kabar baiknya, program itu telah berjalan. Jumlah itu akan terus ditingkatkan seiring berjalannya progam tersebut di seluruh wilayah Indonesia.

"Hingga Juni 2020, pelanggan PLN yang sudah memasang PLTS Atap sebanyak 2.346 pelanggan dengan kapasitas 11,5 MW," kata Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM Harris, sebagaimana dikutip CNBCIndonesia, Rabu 16 September 2020.

Beberapa wilayah yang memasang PLTS Atap paling banyak, antara lain Jakarta dengan 703 pelanggan, Jawa Barat 656 pelanggan, Banten 544 pelanggan. Kemudian Jawa Timur 191 pelanggan, Jawa Tengah dan DIY sebanyak 95 pelanggan, Bali 91 pelanggan, dan Aceh 24 pelanggan.

Pemerintah telah melakukan beberapa upaya dalam rangka percepatan pengembangan PLTS Atap, antara lain melalui program PLTS Atap di gedung pemerintahan dan gedung BUMN. Program PLTS Atap selanjutnya dilakukan pada gedung komersil seperti mall dan pusat perbelanjaan.

Percepatan program ini terus dikejar, misalnya melalui program PLTS Atap pada pembangunan rumah baru. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Real Estate Indonesia (REI) bekerja sama untuk mewujudkan hal itu dalam program kerja mereka.

Kemudian, ada juga program pemasangan PLTS Atap di rumah pelanggan golongan tarif R1. Ini adalah jenis pelanggan rumah tangga golongan terkecil. Untuk pelanggan lebih dari 1.300 VA diberikan insentif skema pembiayaan menarik.

"Ketika ada pelanggan yang mau membuat PLTS Atap harus membuat permohonan ke PLN, kemudian dokumen akan diverifikasi oleh PLN untuk diteruskan. Misal sudah sesuai, tidak ada masalah, maka bisa langsung (dapat) rekomendasi pembangunan. Kalau belum lengkap, ya harus dilengkapi," kata Harris.

Jika melihat tren energi terbarukan, yang banyak diimplementasikan saat ini adalah energi surya dan angin. Sebab energi ini lebih mudah untuk diaplikasikan langsung pada pelanggan. Masing-masing bisa berdiri unit-unit kecil yang mandiri. Apalagi biaya pokok produksi untuk PLTS saat ini semakin murah, yakni 1,35 sen US$ per kWh.

Bahkan, jika dibandingkan dengan pembangkit batu bara yang tidak dikenai biaya karbon, energi PLTS Atap ini dianggap masih lebih murah. Karenanya, dengan komponen yang semakin bertambah murah itu, PLTS dalam waktu dekat akan jadi primadona.

Indonesia baru mewujudkan 9,15% bauran EBT dari target 23% bauran EBT pada 2025. Dari sana terlihat masih ada gap cukup besar yang harus dikejar. Salah satu peran besarnya adalah EBT dalam bentuk energi surya. Untuk mengejar itu tidak hanya membangun PLTS rooftop saja, tapi bisa dilakukan di berbagai potensi, misalnya PLTS di lahan bekas tambang atau lahan terbuka lain.

Cita-cita untuk menghadirkan energi masa depan biasanya terkendala oleh biaya dan rumitnya proses pemasangan. Masyarakat sulit untuk melakukannya sendiri. Di sinilah perlunya peran aktif pemerintah untuk menjemput bola. Dengan kerja sama segenap pihak, bauran EBT seperti yang telah direncanakan itu akan tercapai tepat waktu. Langkah panjang itu harus ditempuh untuk mewujudkan energi yang lebih ramah lingkungan.

Puji Handoko

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun