Mohon tunggu...
Pujiati Rohmah
Pujiati Rohmah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Sosok yang rajin dan dapat bekerja secara ontime dan sedang menekuni di dunia literasi fiksi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Overthinking, Salah Satu Gejala Quarter Life Crisis?

8 Januari 2023   10:09 Diperbarui: 8 Januari 2023   10:20 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dewasa merupakan sebuah fase dimana kita mulai mengalami banyak perubahan dalam hidup, dengan sikap yang lebih bijaksana dalam menghadapi sesuatu, harus sudah bisa memutuskan sebuah keputusan yang terbaik ketika dihadapkan banyak pilihan agar kedepannya tidak salah dalam mengambil langkah. Bahkan setelah melewati masa remaja untuk menuju ke masa dewasa juga tidaklah mudah, berbagai macam permasalahan mulai muncul yang mengharuskan kita untuk menghadapi masalah tersebut dengan mencari solusinya sendiri.

Tidak heran, ketika memasuki umur 18-29 tahun, kita mulai merasakan perasaan cemas dan gelisah tentang hidup, hal ini merupakan periode kritis dalam transisi dari masa remaja menuju dewasa, atau kita sebut dengan Quarter Life Crisis.

 Pada periode ini biasa ditandai dengan munculnya rasa keputusasaan, kebingungan identitas karena belum menemukan jati dirinya, serta perasaan tidakan aman akan masa depan, yang menyebabkan munculnya rasa takut akan sebuah kegagalan dalam berproses.

Orang yang sedang mengalami Quarter Life Crisis ini akan cenderung merasa kehilangan arah tentang apa yang akan dilakukan dan bahkan sampai mencari tau yang hilang dari dirinnya sendiri, sehingga ketika dihadapakan pada suatu pilihan akan merasa bingung dalam mengambil keputusan tersebut, ia akan merasa khawatir, bagaimana jika keputusan yang diambil merupakan keputusan yang salah? Apa yang akan terjadi apabila pilihan yang diambil ternyata bukan pilihan yang terbaik? Dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk memerlukan jawaban.

Padahal hidup merupakan sebuah perjalanan, bukan sebuah ajang perlombaan untuk menentukan siapa pemenangnya, ketika kita mulai merasa tertinggal dengan teman-teman terdekat kita, ketika orang-orang lain sudah mencapai target hidupnya, sudah mencapai goals impian mereka, sudah medapatkan gelar sarjana, doctor, bahkan professor, atau mungkin sudah ada yang mendapatkan pasangan hidup bahkan sampai sudah mempunyai anak, mereka yang sudah mendapatkan pekerjaan dan gaji yang tetap, sedangkan apa yang terjadi pada diri kita? Masih berada dengan zona nyaman, masih berada dalam posisi kegagalan yang tak kunjung reda. 

Hal seperti ini perlu kita sadari, bahwa proses untuk mencapai sebuah kesuksesan setiap orang pastinya berbeda-beda, kita mempunyai proses sendiri dengan porsi kemampuan kita masing-masing, orang lain tidak bisa menjadi seperti kita, dan kita juga tidak bisa untuk menjadi orang lain, karena setiap orang mempunyai jalannya masing-masing.

                Terdapat beberapa permasalahan yang sering kita rasakan ketika di usia 18-29 tahun, diantaranya :

  • Loneliness  

Biasanya orang yang mengalami loneliness atau kesepian ini ketika kita sedang membutuhkan seseorang untuk meluapkan emosi kita, hanya butuh telinga untuk mendengarkan segala permasalahan yang terjadi, tapi tidak ada satupun yang peduli, sehingga memunculkan perasaan sedih, akan merasakan sakit, kehilangan semangat, kehilangan arah sampai terjadi kekosongan dalam hidup.

Cara untuk menghadapi perasaan kesepian ini bisa dilakukan dengan melakukan kegiatan yang aktif dan positif misalnya dengan membaca dan menulis, bisa juga dengan menghibur diri sendiri misalnya dengan berwisata.

  • Job Insecurity

Merupakan perasaan yang terancam takut, khawatir dan tidak berdaya pada pekerjaan di masa depan, sehingga dapat menyebabkan ketidakpuasaan dalam bekerja, gangguan fisik, gangguan psikologis, menarik diri, dan komitmen dalam bekerja akan semakin menurun.

Untuk menghadapi permasalahan ini, bisa dilakukan dengan cara selalu mengingat value dan prinsip awal saat akan melakukan pekerjaan tersebut, mencoba untuk terbuka pada kesempatan yang ada, dan mencoba untuk meluangkan waktu untuk menambah dan mengasah skill yang kita punya, serta mengakui kalau kita berharga dan kitab isa melewati itu semua.

  • Fear of Intimacy

Intimasi merupakan sebuah kedekatan pada seseorang dengan berbagai pemikiran, emosional, seksual, pengalaman, dan spiritual, sehingga orang yang mempunyai ketakutan intimasi ini akan merasa kurang nyaman jika terlalu dekat, karena mereka akan berfikir dengan berbagai pertimbangan, mereka akan cenderung takut ditinggalkan atau di khianati karena luka dari masa lalu, krisis identitas, dan kehilangan ikatan dengan orang tua, serta luka-luka yang masih membekas di hati masih belum sepenuhnya pulih.

Cara untuk mengatasinya adalah dengan selalu menerima ketidakpastian, selalu menyayangi diri sendiri, menyadari akan masa lalu yang selamanya tidak berujung pada keburukan, mencoba untuk berdamai dan berbicara pada diri sendiri, serta memberikan waktu dan ruang untuk diri sendiri.

           

Merupakan hal yang wajar, ketika kita berada di usia 18-29 tahun sedang mengalami Quarter Life Crisis, karena semakin bertambahnya umur, rasa tanggungjawab dalam segala hal juga semakin banyak, kita akan mulai dituntu untuk beradaptasi dengan masyarakat, perubahan zaman terutama di era digital seperti ini, serta pada pendewasaan diri, yang akan menyebabkan berbagai perubahan dan menjadi suatu kebingungan dalam menghadapinya, dan fase ini harus kita hadapi karena akan mempengaruhi hidup kita kedepannya.

Oleh karena itu, dari semua permasalahan yang sedang kita hadapi selama mengalami Quarter Life Crisis adalah mulai berhenti membandingkan diri kita dengan orang lain, selalu menyadari bahwa kita adalah diri kita sendiri, yang mengerti keadaan diri kita adalah diri kita sendiri, menjauhkan diri dari orang-orang yang memberikan dampak negative, bahkan ketika ada seseorang yang sedang mengejek kita dengan keburukan yang mereka tidak tau, kita tidak perlu membalasnya dengan hal yang serupa, melainkan buktikan kalau apa yang mereka katakana mampu menjadikan motovasi untuk bisa berproses lebih hebat. 

Dan salah satu hal yang menghambat selama berproses adalah overthinking, karena kita akan merasa takut, apa yang kita hasilkan tidak sesuai dengan ekspektasi kita. Mulailah merubah mindset dan jangan pernah takut gagal dalam berproses, karena lebih baik mencoba daripada tidak sama sekali. Semangat, selamat berproses!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun