Mulai dari kajian-kajian terselubung, sampai gempuran paham radikal melalui media sosial. Itulah pintu-pintu masuk penyebaran radikalisme dan terorisme di Indonesia. Tak hanya itu, pendidikan juga jadi incaran utama. Maka, kita harus waspada.
Banyak ilmu yang didapat Ganjar dari para eks teroris itu. Selain pintu masuk teroris yang diketahui untuk antisipasi, tujuan utama terorisme adalah menebarkan ketakutan. Maka tak salah, jika saat bom di Gereja Katedral Makassar meledak kemarin, Ganjar langsung meminta masyarakat tidak menyebarkan foto atau video yang mengerikan itu.
Penyebaran foto dan video merupakan tujuan teroris. Dengan visual yang tersebar, maka aksi mereka disorot banyak orang. Kengerian dan keganasannya terpampang. Membuat aksi teror benar-benar berhasil meneror. Orang jadi takut. Bahkan takut datang ke rumah ibadah atau sekadar ke luar rumah.
Teroris memang musuh bersama. Tak ada seorangpun yang membelanya. Kecuali, mereka-mereka yang telah dicuci otaknya.
Tapi kebencian bukanlah jalan. Semakin benci kita pada teroris atau keluarga teroris, akan meningkatkan daya juang mereka untuk berbuat lebih sadis.
Luka sakit karena tindakan mereka memang tak terperi. Tapi jika ada diantara mereka yang telah insyaf, tentu kita tak boleh terus membenci. Justru, mereka harus dirangkul kembali menjalani hidup baru pulang ke pangkuan Ibu Pertiwi.