Mohon tunggu...
Pujakusuma
Pujakusuma Mohon Tunggu... Freelancer - Mari Berbagi

Ojo Dumeh, Tansah Eling Lan Waspodho...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jordan, Ganjar, dan Merapi

20 Januari 2021   08:31 Diperbarui: 20 Januari 2021   08:43 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo Jagong Bayen saat mengunjungi pengungsi gunung Merapi di Balerante Klaten. Dok jpnn.com

Ini adalah kisah nyata. Kisah tentang sesosok malaikat kecil yang tinggal di pengungsian Gunung Merapi. Namanya Jordan Nurrohman, usianya baru 40 hari. Namun di hari kelahirannya, ia sudah harus merasakan bagaimana sulitnya berjuang menjalani hidup di dunia ini.

Ketika bayi lain lahir di rumah sakit, digendong dan disayang-sayang di rumah bersama keluarga tercinta, Jordan tidak merasakannya. Ia bersama ibu terpaksa harus merasakan dinginnya udara gunung dan kerasnya tidur di kasur lipat tanpa ranjang di sebuah bilik pengungsian berukuran tak lebih dari 2x3 meter persegi. Udara yang dihirupnya juga harus berbagi dengan ratusan warga lain, karena di tempat itu ada 227 jiwa yang bernasib sama dengannya.

Yah, Jordan adalah salah satu pengungsi gunung Merapi. Sejak statusnya naik menjadi siaga pada November 2020 lalu, ibunda Jordan bernama Tri Wahyuni bersama ratusan warga Desa Balerante Kecamatan Kemalang Klaten terpaksa mengungsi. Desanya yang hanya berjarak kurang dari 5 km dari puncak Merapi, menjadi daerah yang berbahaya karena Merapi beberapa kali mengeluarkan lahar panas saat erupsi.

Padahal saat itu, Tri sedang mengandung. Usia kandungannya yang sudah sembilan bulan, membuatnya tak memiliki pilihan lain selain mengungsi. Dan saat bayinya lahir, ia pun tak lekas membawa pulang, melainkan kembali ke pengungsian.

Bayi mungilnya itu ia bernama Jordan Nurrohman. Entah apa arti dan tujuannya memberikan nama Jordan pada malaikat kecilnya itu. Tapi yang jelas, Tri sangat bersyukur Jordan bisa lahir dengan selamat dan sehat.

Apalagi, kelahiran sang anak membuatnya bisa bertemu dengan idolanya, tak lain adalah Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Saat meninjau pengungsi di Balerante, Ganjar langsung menghampiri Tri dan bayinya untuk mengucapkan selamat.

Sebagai orang Jawa, Ganjar tak melupakan tradisi nenek moyang. Dimana saat ada keluarga, kerabat atau tetangga yang melahirkan, mereka berduyun-duyun untuk mengunjungi dan menengok si bayi kecil. Tak lupa, mereka membawa 'buah tangan' yang diberikan pada si bayi, sebagai ungkapan suka cita atas kelahirannya. Ganjar pun memberikan sedikit uang sebagai bentuk suka cita itu. Istilahnya, 'Jagong Bayen' atau 'Mbayen' dalam istilah Jawa.

Mungkin itu hal yang kecil. Tapi menelisik tentang bagaimana tradisi itu tetap dilakukan Ganjar, tentu ini hal yang menarik untuk diulas. Sebagai seorang pemimpin, Ganjar tahu bagaimana cara membahagiakan warganya. Apalagi, mereka sedang kesusahan karena mengungsi akibat erupsi Merapi. Datang menjenguk pengungsi saja sudah hal yang membahagiakan, apalagi memberikan perhatian penuh pada hal-hal kecil semacam itu.

Dan itu tidak hanya sekali dilakukan pria yang identik dengan rambut putihnya itu. Saat mengunjungi pengungsi Merapi di Magelang beberapa waktu lalu, Ganjar juga memberikan sedikit kebahagiaan kepada Mizan, bayi berusia 30 hari yang juga terpaksa tinggal di pengungsian akibat naiknya status Merapi. Kepada Mizan dan Warti, ibunya, Ganjar kondangan dengan sedikit memberikan uang kepada keduanya.

Apa yang dilakukan Ganjar sekali lagi, mungkin hal yang sepele. Namun sejatinya, ada makna yang dalam dari peristiwa-peristiwa itu. Tentang bagaimana kepedulian pemimpin pada warganya, tentang bagaimana kebahagiaan itu sangatlah sederhana. Tak perlu muluk-muluk dengan janji-janji suci saat jadi pemimpin, cukup terjun ke lapangan, melihat secara langsung kondisi masyarakat dan mencarikan solusi kongkret untuk menyelesaikan permasalahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun