Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Dilema Otak dan Hati, Biang "Prokrastinasi" yang Jarang Disadari

28 November 2020   20:18 Diperbarui: 28 November 2020   20:58 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pinterest/freepik

Nah, ini karena unta itu memiliki keinginannya sendiri. Ketika seekor unta ingin melakukan sesuatu, ya kamu gak bisa melakukan apa-apa karena kamu gak sebanding ibaratnya baik secara ukuran, atau secara kemampuan kamu tidak memiliki kontrol penuh atas unta itu. 

Mengenai kaitannya dengan otak dan hati, unta itu bisa dikaitkan dengan hati atau perasaan. Sementara pengendaranya, adalah otak atau bisa dibilang, sisi rasional kita.

Mungkin kita pernah mengalami sisi dimana secara rasional kita tahu harus ngapain, tapi hati atau perasaan kita berkata sebaliknya. Well, ada buku yang berkata kalau otak atau sisi rasional kita kalah sama perasaan atau hati. Atau bisa dibilang, di unta lah yang memegang peranan lebih besar ke perilaku. Nah, mungkin sampai disini kamu merasa kesal,

"Kenapa sih gak otak aja yang menang dari hati? Kalau begitu kan aku gak terpengaruh dengan rasa malas, atau gak terpengaruh dengan mood ketika aku mau kerja, aku bisa jadi rasional dan produktif setiaap saat,"

Percaya atau tidak, sebenarnya hal ini berguna di beberapa situasi. Jadi, emosi itu  belum tentu gak penting-penting banget. Jadi, unta itu bukan berarti bodoh atau bukan berarti jadi kayak seenaknya gitu. Tapi adanya unta juga penting dalam hidup kita.

Adanya emosi atau perasaan sama halnya dengan pilihan dalam menentukan pilihan-pilihan penting dalam hidup entah itu dalam memilih pasangan, jurusan kuliah, karir, atau pilihan hidup. Perasaan kita pasti memiliki peranan yang penting bukan cuma mengandalkan logika dan rasionalitas saja yang kita bilang sebagai otak dalam tanda kutip. Tapi juga, hati kita atau perasaan kita juga berpengaruh ke decition making kita.

 Meskipun memang, tidak bisa dipungkiri bahwa pilihan yang ditentukan oleh hati itu gak selalu berdampak baik untuk hidup kita. Nah, di kondisi seperti ini, kamu pasti berharap supaya otak kamu bisa turun dan mengambil alih hal itu. lantas, bagaimana caranya otak untuk mengambil alih perilaku kita di situasi dimana memang ketika kita berdasar pada emosi, itu bakal berpengaruh negatif. Nah, bagaimana caranya?

Sekarang, aku ingin mengajak kamu untuk berpikir kembali sih mengenai analogi unta dan pengendaranya tadi. Si pengendara tau kan hal yang tepat untuk dilakukan, tapi karena unta lebih berperan besar dalam menentukan pilihan besar si pengendara, maka si pengendara memang harus mencari cara yang cerdas bagaimana caranya mengatasi pilihan si unta tersebut. Bagaimana caranya agar cerdas serta cermat atas pilihan itu?

Ketika kamu sedang menonton film yang kamu sukai dan meninggalkan kewajiban untuk menyelesaikan tugas kamu, maka kamu bisa membayangkan konsekuensi yang akan kamu dapatkan ketika kamu mengabaikan tugas itu. Kamu barangkali bisa merasa senang-senang saja saat menonton tapi bayangkan saja bagaimana rasanya keteteran mengejar deadline yang seabreg dan ini membuat kamu stres sendiri.

 Well, ketika kamu sudah berhasil memengaruhi pikiran dan perilaku kamu dengan cara-cara yang profesional, kamu bisa memotivasi diri kamu dengan melakukan perubahan-perubahan kecil karena hati mudah banget buat termotivasi dengan hal-hal kecil itu secara emosional.

Kalau kamu lagi males banget buat mengerjakan tugas, kamu bisa memulai mengerjakan sedikit aja dari tugas itu. Atur waktu seenggaknya lima, sepuluh atau lima belas menit untuk mengerjakan. Kalau aku, biasanya jadi keterusan dan malah lupa dengan batas waktu yang aku tetapkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun